SuaraJogja.id - Kepala Bidang (Kabid) Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum (PU), Perumahan, dan ESDM DIY Bambang Sugaib menanggapi keluhan warga terkait talut ambrol di Jalan Samas, Pedukuhan Palihan, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul.
Talut ambrol sepanjang empat meter itu sudah masuk dalam daftar perbaikan di tahun 2021. Bambang memastikan, dalam waktu dekat mulai dilakukan perbaikan.
"Benar, itu jadi ranah provinsi dan sudah kami data kerusakan yang terjadi. Dalam waktu cepat akan segera dibenahi," kata Bambang saat dimintai konfirmasi Suarajogja.id, Senin (18/1/2021).
Bambang tidak bisa memastikan kapan perbaikan talut dilakukan. Kendati begitu, sebelum pertengahan tahun 2021, ia mengatakan, sudah ada perbaikan.
Baca Juga:Talut Ambrol di Jalan Samas Berbahaya, Warga Palihan Minta Lekas Diperbaiki
"Semoga bisa lebih cepat dari pertengahan tahun [Juni/Juli]," ujar dia.
Proses perbaikan sendiri, kata Bambang, akan mengikuti tahap lelang. Nantinya Dinas PU DIY akan mencari tender untuk memperbaiki talut tersebut.
"Prosedurnya, kami menawarkan dengan pelelangan terlebih dahulu. Nah, berapa lamanya saya belum tahu. Namun, SOP-nya seperti itu," jelas dia.
Sembari menunggu pihak ketiga untuk memperbaiki talut di Jalan Samas, pemprov menutup bekas longsoran dengan terpal untuk pengamanan.
"Agar tidak melebar dan merusak bagian talut lain, kami tutup dahulu bekas talut dengan terpal. Secepatnya akan dilakukan perbaikan," ujar dia.
Baca Juga:Nitip Teman Ambil Paket, Pengedar Narkoba Asal Dlingo Diringkus Polisi
Disinggung terkait keamanan pengendara yang kerap melintas di dekat bahu jalan, Bambang akan mempertimbangkan dahulu untuk penambahan tanda pengaman di sekitar lokasi.
Sementara itu, warga Palihan, Eko (34), menjelaskan bahwa kondisi talut yang tidak segera diperbaiki itu berbahaya saat malam hari. Penerangan yang kurang dapat menyebabkan pengendara tak melihat longsoran yang terjadi di sisi barat Jalan Samas.
"Ketika malam jalan ini kan gelap ya, jika ada motor atau pengendara mobil dari arah selatan ke utara lalu tidak melihat longsoran, bisa saja terperosok dan jatuh ke sungai," ujar dia.
Eko menerangkan bahwa kerusakan talut terjadi sudah hampir satu bulan sejak 14 Desember 2020. Hingga kini tindak lanjutnya hanya menutup bekas longsoran dengan terpal.
Di sisi lain, warga bernama Budi Suharjo menyarankan agar perbaikan talut dibuat seperti tangga. Hal itu dirasa lebih kuat dan pemerintah tidak perlu berulang kali memperbaiki talut yang ambrol.
"Sudah sering terjadi [talut ambrol]. Kami menyarankan perbaikan talut dibuat seperti tangga. Kami rasa itu lebih kuat. Jadi pihak pembangun juga tidak perlu bolak-balik memperbaiki. Di samping it,u jika kami minta untuk diperbaiki, prosesnya juga lama," jelas Budi.