"Buat yang lagi di luar Jogja terus nemu ayam geprek, enggak sehancur ini gepreknya, tunjukin bias jualannya enggak jadi ayam oles sambel doang. Kalau masih ngeyel laporin Bu Rum," cuit dia suatu kali di Twitter, menyertakan foto ayam yang hancur dan tercampur aduk dengan sambal di atas cobek.
Belum lama ini, Mas Dad juga membagikan konten perbandingan praktik pembuatan ayam geprek Jogja dengan yang di luar Jogja, khususnya Jakarta.
![Olahan kuliner ayam geprek. [@javafoodie_ / Twitter]](https://media.suara.com/pictures/original/2020/02/08/81121-olahan-kuliner-ayam-geprek.jpg)
Dari video yang dibuat Mas Dad, untuk versi Jakarta, ayam krispi hanya ditumbuk satu sampai empat kali. Sudah begitu, penjualnya menggenggam ulekan sambil menguap malas-malasan. Terakhir, sambal dioleskan ke atas ayam tadi.
Sementara itu, untuk versi Jogja, dengan semangat Mas Dad mengulek ayam bersama cabai dan bumbu lainnya sampai kepala semi-headbang layaknya rocker. Hasilnya, ayam hancur lebur bercampur sambal bawang.
Baca Juga:Viral Bule Penjual Mi Ayam di Jogja, Jatuh Bangun dengan Suami Saat Pandemi
"Ayam Geprek Jogja emang ngangenin sih," tulis Mas Dad di keterangan videonya, pakai #AyamGeprekBukanAyamOles.
Bu Rum pelopor ayam geprek di Jogja
Ruminah alias Bu Rum bukanlah self-proclaimed pelopor ayam geprek. Ketenarannya bahkan sudah diakui Wikipedia.
Memang kini berbagai warung di seluruh penjuru Indonesia menyediakan ayam geprek, tetapi nama Bu Rum sudah diabadikan sebagai sang pencipta, setidaknya menurut orang-orang Jogja dan -- lagi -- Wikipedia.
Sejak 2003 Bu Rum sudah mulai berkontribusi menyambung hidup mahasiswa dan anak-anak kos lewat warung Ayam Geprek Bu Rum.
Baca Juga:Beda Ayam Geprek di Jogja dan Jakarta, yang Satu Cuma Digeprek Dua Kali
Mulanya, saat dia berjualan, ada pelanggan mahasiswa yang meminta dibuatkan ayam goreng tepung yang dilumatkan menggunakan cobek bersama sambal bawang. Ternyata rasanya enak dan menagih, hingga tersebarlah kabar gembira menu menakjubkan itu dari mulut ke mulut.