SuaraJogja.id - Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Yogyakarta mengakui masih kesulitan untuk mencari penyintas Covid-19 untuk mendonorkan plasma konvalesen. Kondisi tersebut semakin dipersulit dengan tidak adanya data secara lengkap mengenai pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang telah sembuh di DIY.
Petugas Perekrutan, Pelestarian Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI Kota Jogja Noor Edy Hidayatullah mengatakan bahwa pencarian donor plasma konvalesen tidak semudah ketika menjadi donor darah konvensional. Selama ini program yang sudah berjalan sejak 11 Januari 2021 tersebut masih mengandalkan kesadaran dan rasa kemanusiaan dari masing-masing penyintas Covid-19.
"Sudah sempat kemarin berdiskusi dengan Pak Heroe Poerwadi [Wakil Wali Kota Jogja] bersama jajaran. Tapi memang ternyata juga tidak serta merta data bisa diberikan, mungkin rahasia," kata Noor kepada awak media, Senin (8/2/2021).
Noor menyebut jika memang data pasien Covid-19 tersebut dirahasiakan setidaknya ada langkah yang dilakukan oleh Satgas Covid-19. Semisal memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa donor ini juga sebagai wujud program penyembuhan pasien.
Baca Juga:Jumlah Masih Sedikit, Wagub Jakarta Ajak Penyintas Donor Plasma ke PMI
Menurutnya peran edukasi, memang sudah seharusnya dilakukan oleh Gugus Tugas Covid-19. Edukasi itu dengan memberikan pemahaman kepada pasien Covid-19 khususnya yang memiliki gejala yang telah sembuh untuk mendonorkan plasma konvalesen.
"Gugus Tugas Covid-19 yang punya kebijakan, punya penyintas, punya data termasuk bagaimana penanganannya. Setidaknya bisa mengedukasi untuk membantu sesama dalam menangani Covid-19, lalu kami [PMI Kota Jogja] yang melaksanakan," imbuhnya.
Disampaikan Noor, pihaknya sudah terus berupaya untuk berkomunikasi dengan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 baik di tingkat Kota atau Provinsi. Namun memang hasilnya masih nihil.
Hal itu dapat terlihat dari jumlah pendaftar atau pendonor plasma konvalesen sejak 11 Januari 2021 hingga 8 Februari 2021 ini hanya 80 orang saja. Dari jumlah itu pun yang dapat lolos atau masuk kriteria donor plasma konvalesen hanya 19 orang.
"Kami buka posko donor plasma konvalesen setiap hari tanpa menyebutkan golongan darah tertentu. Namun itu kembali lagi pada kesadaran pendonor. Karena kami memang tidak tahu siapa yang pernah terpapar Covid-19," ujarnya.
Baca Juga:Stok Darah Menipis, Begini Cara Antisipasi PMI
Diungkapkan Noor, bahwa kondisi keterbatasan pendonor itu tak hanya terjadi di Yogyakarta namun merata di berbagai daerah. Buktinya PMI Kota Jogja kata Noor, sempat mengirimkan plasma konvalesen ke sejumlah wilayah seperti di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Hal itu disebabkan oleh masih kurangnya plasma konvalesen yang sama dengan pemilik golongan darah. Saat ini kebanyakan masih banyak daerah yang saling mengirimkan stok plasma konvalesen kepada daerah yang membutuhkan.
"Permintaan masuk rata-rata masuk lima per hari. Tidak hanya diwilayah Jogja, tapi ada dari Semarang, Pacitan, Tulungagung, Rembang, Salatiga, Cilacap. Kami saling dukung, kalau kami kosong golongaj darah tertentu juga akan meminta bantuan daerah lain," jelasnya.
Noor berharap bahwa program donor plasma konvalesen bisa berjalan selaras terutama dengan tim Gugus Tugas Covid-19. Menurutnya jika memang kebijakan itu sudah kuat maka tujuan utama program ini perihal menyembuhkan pasien Covid-19 juga akan berjalan dengan baik pula.
Sementara itu Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Pemprov DIJ Berty Murtiningsih menuturkan terdapat 23.548 kasus positif Covid-19 di DIY. Dari total pasien keseluruhan tersebut, sebanyak 16.789 pasien telah dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Dari data tersebut untuk presentase pasien laki-laki mencapai 47 persen. Terkait presentase pasien bergejala sedang hingga berat sebanuak 30 persen.
Artinya, kata Berty, ada sekitar 7.000 pasien yang bisa mendonorkan plasma konvalesen. Hanya saja data tersebut masih belum tersaring lagi dengan membedakan antara pasien laki-laki dan pasien perempuan.
"Kalau data di provinsi tercatat sejumlah itu. Tapi jika ingin lebih detil bisa langsung ke rumah sakit atau Dinas Kesehatan di setiap kabupaten dan kota," tutur Berty.