Hotel di Jogja Terdampak Pandemi Covid-19, Nur Dirumahkan Tanpa Kejelasan

Setahun dihantam pandemi Covid-19, aktivitas hotel di Jogja mulai berangsur membaik.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 10 Maret 2021 | 15:44 WIB
Hotel di Jogja Terdampak Pandemi Covid-19, Nur Dirumahkan Tanpa Kejelasan
Ilustrasi hotel [Shutterstock]

Menurut Yusuf, pemilik hotel memilih untuk menjual hotelnya karena tingkat okupansi yang masib rendah. Sebelum pandemi Covid-19 hotel rata-rata bisa menerima tamu atau okupansi hotel bisa mencapai 70-90 persen.

hotel di Jogja dalam status dijual. [dok. rumahku.com]
hotel di Jogja dalam status dijual. [dok. rumahku.com]

Sedangkan saat pandemi Covid-19, okupansi itu benar-benar anjlok hampir tak tersisa. Bahkan bisa saja tingkat keterisian hotel hanya 5 persen.

"Otomatis menyebabkan hilang omzet. Sehingga harus nombok listrik operasional dan segala macam. Akhirnya mereka memilih menjual. Tapi sebelum pandemi memang sudah ada beberapa yang niat menjual hotel. Ya itu tadi karena pemilik juga tertekan oleh kreditur," tuturnya.

Yusuf menjelaskan untuk harga hotel sendiri bervariasi tergantung pada status bintang hotel itu sendiri dan lokasinya. Sedangkan untuk rata-rata penurunan harga hotel di masa pandemi Covid-19 bisa mencapai 10-20 persen.

Baca Juga:10 Hotel di Jogja yang Nyaman dan Aesthetic dengan Harga di Bawah Rp350.000

"Kalau hotel bintang dua [harga] sekitar Rp15-30 miliar tergantung tren lokasi. Kalau bintang 3 sekitar Rp50-150an miliar. Untuk bintang 4 sudah di atas Rp200 miliar. Saat pandemi biasanya diturunin harganya sampai 10-20 persen. Tergantung kepepetnya si pemilik hotel. Biasanya kalau pemilik kepepet banget itu dinego berapa aja kadang mau. Kemarin [hotel] yang di Semarang laku itu karena di nego jauh, dari Rp45 miliar sampai Rp29 miliar. Saya juga kaget ternyata mau," paparnya.

Dijelaskan Yusuf, menjual hotel merupakan langkah cepat dari pemilik hotel. Artinya demi mendapatkan fresh money untuk membayar kreditur maka menjual hotel salah satu opsinya.

Walaupun sebenarnya setelah bulan Juli 2020 lalu, kata Yusuf, tingkat okupansi hotel khususnya di Jogja sudah mulai membaik. Kendati memang tidak bisa kembali seperti semula menjadi 70 persen tapi rata-rata sudah berkisar di angka 40-60 persen kamar sudah mulai laku.

"Ya itu, salah satu cara pengusaha, ya wajar namanya pengusaha mereka berusaha, untuk mendapatkan fresh money untuk membayar kreditur. Salah satu mendapat uang ya menjual salah satu asetnya," imbuhnya.

Bukan fenomena baru

Baca Juga:3 Pelaku Penipuan Ditangkap di Hotel di Jogja, Ternyata Satu Keluarga

Terkait dengan beberapa waktu lalu heboh hotel yang ditawarkan melalui salah satu market place secara online, Yusuf tidak begitu terkejut. Sebab hal itu sebelumnya juga sudah biasa dilakukan bahkan sebelum pandemi Covid-19.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak