SuaraJogja.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi atau BPPTKG merilis laporan aktivitas Gunung Merapi mulai dari tanggal 5-11 Maret 2021. Dalam periode pengamatan tersebut tercatat sejumlah guguran awan panas dan ratusan lava.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan dalam periode pengamatan tersebut terjadi sebanyak 12 kali awan panas guguran. Dari jumlah tersebut jarak luncur maksimal mencapai 1.500 meter ke arah barat daya.
"Jarak luncuran awan panas guguran maksimal mencapai 1.500 meter yang terjadi pada tanggal 7 Maret 2021 pukul 21.13 WIB. Saat itu terekam pada seismogram dengan amplitudo maksimal 47 mm dan durasi 148 detik," kata Hanik dalam keterangannya, Jumat (12/3/2021).
Sedangkan untuk guguran lava, diungkapkan Hanik teramati sebanyak 226 kali. Sementara jarak luncur maksimal mencapai 1.300 meter ke arah barat daya.
Baca Juga:Dalam 6 Jam Gunung Merapi 25 Kali Luncurkan Lava Pijar
"Pada tanggal 7 Maret 2021 pukul 22:18 WIB teramati guguran di kubah lava tengah kawah," ucapnya.
Hanik menjelaskan mengenai analisis morfologi area puncak, jika diamati berdasarkan foto dari sektor barat daya tanggal 11 Maret terhadap tanggal 5 Maret 2021 menunjukkan adanya perubahan morfologi. Khususnya yang berada di area puncak disebabkan oleh aktivitas guguran dan pertumbuhan kubah.
"Volume kubah lava di sektor barat daya terhitung sebesar 785.600 meter kubik dengan laju pertumbuhan 13.500 meter kubik per hari," ungkapnya.
Sementara itu untuk pengamatan kubah lava di sektor tenggara, masih menunjukkan ketinggian kubah yang relatif tetap yaitu sebesar 45 meter.
Hanik juga menyatakan titik api diam di kubah lava yang berada di tengah kawah pun juga sudah terpantau. Itu artinya memunculkan kemungkinan tentang terjadinya guguran dan awan panas ke Kali Gendol.
Baca Juga:Gunung Merapi Muntahkan Awan Panas Lagi Pagi Ini, Arah ke Barat Daya
“Namun demikian, pertumbuhan kubah lava Merapi masih jauh di bawah rata-rata Merapi,” tuturnya.
Terkait dengan aktivitas kegempaan pada minggu ini masih masih didominasi oleh gempa permukaan seperti guguran (RF), hembusan (DG) dan awan panas guguran (AP).
"Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS pada minggu ini tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan," terangnya.
Hanik menyatakan sempat teramati aliran lahar di sekitar sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Hal ini disebabkan hujan yang cukup deras di area sekitar puncak Merapi beberapa waktu lalu.
"Terjadi aliran lahar dengan intensitas di bawah sedang pada tanggal 11 Maret 2021 pukul 12.57 WIB pada alur Kali Boyong," tuturnya.
Hanik menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Kali Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km. Sementara potensi bahaya pada sektor tenggara yaitu sungai Gendol sejauh 3 km.
Sedangkan untuk kemungkinan jika terjadi lontaran material vulkanik saat terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
"Untuk yang berada di luar potensi daerah bahaya saat ini kondusif untuk beraktivitas sehari-hari," imbuhnya.
Selain itu kegiatan penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III juga tetap direkomendasikan untuk dihentikan sementara waktu.
Ditambah dengan imbauan kepada pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak dalam kondisi saat ini.
Perlu diketahui juga hingga saat ini, BPPTKG masih menetapkan status Gunung Merapi pada Siaga (Level III). Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.