![Penjual es jadul, Jumiyo saat ditemui wartawan di rumahnya yang berada di Padukuhan Genen RT 2, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Bantul, Sabtu (13/3/2021). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]](https://media.suara.com/pictures/original/2021/03/13/23535-penjaja-es-keliling.jpg)
"Perhari bisa mengantongi Rp400-540 ribu. Saya sisihkan biasa untuk membantu panti asuhan, dengan membelikan buku iqro' dan juga Alquran. Kadang saya membantu tetangga untuk membangun rumah dan saya ikhlaskan," terang dia.
Lebih lanjut, Jumiyo tak melulu menyisihkan hasil pendapatannya untuk disumbangkan. Es jadul yang dijual sering diberikan kepada anak-anak yatim yang dia temui di jalan raya ketika mengamen. Bahkan ketika melintas di sebuah rumah panti asuhan, Mbah Jumiyo membagikan secara cuma-cuma.
"Saya ingin mereka merasa senang, walaupun hanya diberikan es jadul. Saya tak pernah merasa rugi, melihat mereka tertawa saat saya beri es itu saya juga merasa puas," terang dia.
Kerap membagikan es yang dia jual secara gratis, merupakan keinginannya sendiri. Selain untuk menyenangkan anak yatim piatu, Jumiyo yakin ada hasil yang lebih besar yang disiapkan tuhan kepada manusia.
Baca Juga:Patroli Acak di Tempat Wisata Jogja, 11 Rombongan Diminta Balik Kanan
Berbagi adalah aktivitas yang tak mudah dilakukan oleh sebagian orang. Jumiyo mengaku jika berbagi kepada sesama harus dipaksa, karena yang diyakini Jumiyo, sebagian harta manusia adalah milik orang lain.
"Sehingga sangat penting bagi saya tiap orang saling membantu orang lain. Meski membantu dengan cara yang kecil tapi jika dilakukan terus menerus, hal ini memberikan dampak yang baik bagi kita. Rezeki dari Tuhan tidak pernah disangka-sangka," kata Jumiyo yakin.