Pulang berjualan menggunakan sepeda jadulnya, Mbah Jumiyo dipepet oleh dua pemuda gondrong mengendarai sepeda motor. Ketika sudah mendekat dan meminta uang miliknya, pemuda tersebut kaget jika yang dibegal adalah Mbah Jumiyo.
"Tidak tahu orang itu langsung mengurungkan niatnya dan pergi. Mereka sempat berkata lho njenengan to Mbah? (Lho kamu ya Mbah). Setelah itu mengembalikan uang dan kabur. Saya juga tidak kenal dia siapa, apakah tetangga atau siapa, karena kondisi jalan kan gelap juga," katanya.
Setelah kejadian itu, Jumiyo mengaku tak takut. Dirinya malah sering pulang malam dan tidak pernah lagi menemukan kejadian yang sama.
Hampir 50 tahun berjualan es jadul, Mbah Jumiyo tak lupa untuk menyisihkan pendapatannya untuk disumbangkan ke orang yang lebih membutuhkan.
Baca Juga:Patroli Acak di Tempat Wisata Jogja, 11 Rombongan Diminta Balik Kanan
Menurut Mbah Jumiyo, memiliki uang atau pendapatan tak akan berarti apa-apa jika tak berbagi kepada sesama.
![Penjual es jadul, Jumiyo saat ditemui wartawan di rumahnya yang berada di Padukuhan Genen RT 2, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Bantul, Sabtu (13/3/2021). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]](https://media.suara.com/pictures/original/2021/03/13/23535-penjaja-es-keliling.jpg)
"Perhari bisa mengantongi Rp400-540 ribu. Saya sisihkan biasa untuk membantu panti asuhan, dengan membelikan buku iqro' dan juga Alquran. Kadang saya membantu tetangga untuk membangun rumah dan saya ikhlaskan," terang dia.
Lebih lanjut, Jumiyo tak melulu menyisihkan hasil pendapatannya untuk disumbangkan. Es jadul yang dijual sering diberikan kepada anak-anak yatim yang dia temui di jalan raya ketika mengamen. Bahkan ketika melintas di sebuah rumah panti asuhan, Mbah Jumiyo membagikan secara cuma-cuma.
"Saya ingin mereka merasa senang, walaupun hanya diberikan es jadul. Saya tak pernah merasa rugi, melihat mereka tertawa saat saya beri es itu saya juga merasa puas," terang dia.
Kerap membagikan es yang dia jual secara gratis, merupakan keinginannya sendiri. Selain untuk menyenangkan anak yatim piatu, Jumiyo yakin ada hasil yang lebih besar yang disiapkan tuhan kepada manusia.
Baca Juga:Hujan Es Kembali Guyur Jogja, BMKG: Ada 15 Kawasan yang Terdampak
Berbagi adalah aktivitas yang tak mudah dilakukan oleh sebagian orang. Jumiyo mengaku jika berbagi kepada sesama harus dipaksa, karena yang diyakini Jumiyo, sebagian harta manusia adalah milik orang lain.
"Sehingga sangat penting bagi saya tiap orang saling membantu orang lain. Meski membantu dengan cara yang kecil tapi jika dilakukan terus menerus, hal ini memberikan dampak yang baik bagi kita. Rezeki dari Tuhan tidak pernah disangka-sangka," kata Jumiyo yakin.