Ekspansi pop culture yang mulai masuk ke Indonesia sekira awal tahun 70-an tak hanya berpengaruh terhadap gaya berpakaian hingga warna musik, tetapi juga merevolusi per-kuliner-an ayam goreng dengan kehadiran gerai KFC.
Semenjak saat itu, lidah masyarakat Indonesia makin terbiasa dengan cita rasa ayam goreng yang dilumuri tepung krispi.
Dalam perkembangannya, gerai-gerai yang menyediakan menu ayam goreng tepung krispi dengan wajah lokal mulai bertumbuh. Di Jogja gerai ayam goreng tepung krispi yang dianggap sebagai penanda zamannya yakni Yogya Chicken.
Gerai yang menyediakan ayam goreng tepung krispi dengan rasa lokal ini berdiri pada 1997 silam menjelang krisis moneter.
Baca Juga:Terkait Pajak, Ayam Geprek Bensu Disegel Pemkot Bandar Lampung
Kehadirannya yang menonjolkan wajah lokal mendapat sambutan positif para pecinta menu ayam goreng di Jogja. Mengangkat lokalitas plus sasaran segmennya menengah ke bawah meruntuhkan mitos pride menu serupa yang biasa dijumpai di KFC dan sebangsanya.
Belakangan, produk ayam goreng tepung krispi dengan beragam merek pun bermunculan di Jogja. Sebut saja Quick Chicken, Olive Chicken, Popeye Chicken hingga Rocket Chicken.
Geprek Geprek
Kuliner yang satu ini bisa dibilang sebagai pendobrak dari jumudnya menu ayam goreng tepung krispi yang itu-itu saja.
Kalau di musik ada subgenre noise music yang disebut-sebut sebagai pelestari roh dadaisme, ayam geprek sepertinya tak salah jika diinterpretasikan sebagai menu yang serupa.
Baca Juga:Niat Jual Harga Rp2.000 per Porsi, Wujud Nasi Ayam Geprek Ini Bikin Publik Ngelus Dada
Apabila pengusung musik yang segaris dengan paham dadaisme ada Dilly Dally hingga Frau, nah gerakan ayam geprek ini punya sosok Bu Rum sebagai pionirnya.
Di tangan Bu Rum, olahan ayam goreng tepung nan renyah itu dihajar menggunakan ulekan atau sebutannya digeprek bersamaan dengan adonan sambal bawang yang bercita rasa pedas.

Menu eksperimental yang memadukan antara ayam goreng bercita rasa renyah dengan sambal itu pun seketika jadi primadona. Tak hanya di Jogja, menu ayam geprek bahkan digandrungi hingga ke penjuru kota lainnya.
Pemerhati kuliner Hugo Sistha Prabangkara mengungkapkan, melihat perkembangan kuliner ayam khususnya di Jogja ini cukup menarik disimak.
Bisa dibilang kuliner ayam baik di Jogja khususnya maupun di wilayah Jawa lainnya kini itu mengalami pergeseran budaya dimana ayam dahulu merupakan kuliner mewah nan sakral, saat ini jadi kuliner yang murah meriah dan mudah dijangkau.
"Dahulu ayam itu kerap disajikan sebagai salah satu menu wajib untuk sesembahan atau sesaji. Olahan ayam goreng atau ayam bacem jadi sajian istimewa. Tapi ada pergeseran sekarang jadi mudah dijangkau masyarakat," katanya.