SuaraJogja.id - Persediaan oksigen medis likuid atau cair di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta telah habis. Saat ini pihak rumah sakit hanya mengandalkan oksigen dari sejumlah tabung yang ada untuk bertahan.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama RS PKU Muhammadiyah Gamping Ahmad Faisal, saat dikonfirmasi awak media Rabu (21/7/2021). Dikatakan Ahmad, tabung-tabung oksigen tersebut hanya mampu bertahan 3 jam saja.
"Saat ini sudah pakai oksigen tabung, diprediksi bertahan kurang lebih 3 jam," kata Faisal.
Namun Faisal memastikan oksigen cair dari PT Samator sudah dalam perjalanan. Bahkan berdasarkan informasi terbaru oksigen tersebut telah masuk ke wilayah Prambanan.
Baca Juga:Demi Vaksin Covid-19, Warga Antre dari Dini Hari di RS PKU Muhammadiyah Jogja
"Infonya suplai oksigen dari Samator dalam perjalanan, tadi sampai Prambanan," tuturnya.
Diketahui bahwa RS PKU Muhammadiyah Gamping sendiri memiliki tanki untuk menampung oksigen likuid atau cair dengan kapasitas kurang lebih 5,5 ton. Namun sayangnya persediaan itu mulai menipis sejak Selasa (21/7/2021) malam.
Sementara itu, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Oksigen Yogyakarta Tri Saktiyana mengatakan bahwa sebelumnya pihaknya telah menyiapkan sebanyak 30 tabung oksigen dari PT Samator untuk backup persediaan oksigen yang menipis sejak semalam tersebut.
Tri menyampaikan saat ini rumah sakit yang berada di Pulau Jawa telah membangun semacam sebuah jejaring guna mengantisipasi kelangkaan oksigen yang masih kerap terjadi. Nantinya setiap rumah sakit akan diminta untuk senantiasa melaporkan ketersediaan masing-masing oksigen setiap hari.
Lebih lanjut, dikatakan Tri, melalui sistem informasi online tersebut ketersediaan oksigen harus dilaporkan sebelum pukul 12.00 WIB siang.
Baca Juga:Vaksinasi Covid-19 Gratis di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Simak Alur Pendaftarannya
Namun memang Tri tidak menampik bahwa hingga saat ini jumlah produksi oksigen dari suplier masih menjadi kendala utama dalam proses pemenuhan kebutuhan tersebut.
"Permintaan sudah diupdate, namun produksi dan transportasi oksigen masih perlu ditingkatkan. Jumlah isotank oksigen medis, head truck dan sarana pendukung lainnya di Jawa sangat terbatas," terangnya.
Ada pula persoalan lain yang masih menjadi kendala saat ini adalah pengalihan oksigen industri untuk kebutuhan medis yang juga belum bisa mencukupi volume yang dibutuhkan.
Menurutnya, terus menjaga kelancaran distribusi serta menjaga keberlangsungan produksi menjadi penting untuk dilakukan.
Pasalnya memang pemakaian oksigen konsentrator itu hanya merupakan solusi jangka pendek saja.
"Kita bersama Kemenkes sudah berupaya dengan membantu RS lebih dari 500 oksigen konsentrator," akunya.
Tidak lupa Tri turut menyoroti dari sisi hulu yakni semua pihak untuk tetap disiplin untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 yang berupa 5M. Jika di posisi hulu sudah diberhasil kembali dimaksimalkan bukan tidak mungkin masalah oksigen dan ketersediaan rumah sakit bakal teratasi.
"Bila posisi hulu dapat kembali seperti pertengahan Juni, pasti sudah selesai masalah oksigen dan kamar rumah sakit dan lain-lain," pungkasnya.