SuaraJogja.id - Sebuah pekarangan rumah yang terletak di Padukuhan Jati, Kalurahan Wonokromo, Kapanewon Pleret, Bantul menyimpan berbagai aneka satwa. Terdapat bangunan joglo di tengah pekarangan itu.
Selepas ashar, Kurniawan (30) memakai baju warna abu-abu dan celana hitam keluar dari dalam rumahnya menuju pekarangan di belakang rumahnya. Saat memasuki pekarangan, ada sebuah papan bertuliskan Setra Gondo Mayit. Nama tersebut merupakan nama tempat konservasi yang mana ia menangkarkan hewan-hewannya.
Diketahui Kurniawan adalah lulusan Sastra Arab Universitas Gadjah Mada (UGM). Dia lulus pada 2014 namun hidupnya didedikasikan untuk melestarikan satwa-satwa.
Perkenalannya dengan hewan berawal pada 2014 silam, saat itu dia jatuh cinta dengan hewan reptil. Reptil yang pertama kali ia pelihara adalah ular sanca batik.
Baca Juga:Dituding Hina Warga Indonesia, Youtuber Korea Selatan Sunny Dahye Lulusan FH UGM Jogja
"Itu ular pertama saya yang saya beri nama Surtikanti. Saya pelihara sejak kecil, sekarang panjangnya sekitar enam meter lebih. Untuk bisa mengeluarkan dari kandang paling enggak butuh dua orang," ujar Kurniawan saat berbincang dengan SuaraJogja.id pada Minggu (22/8/2021).
Kemudian pada 2016, dia mulai sudah bisa menangkarkan ular sendiri yaitu Malayopython reticulatus atau sanca batik. Pada tahun ini telur ular yang bisa dia tetaskan hampir 20 ekor.
"Setelah itu sampai sekarang enggak pernah absen menetaskan ular," terangnya.
Kurniawan mengatakan, satwa-satwa yang ada dipelihara antara lain ular reticulatus, mackloti, cincin emas; kura-kura ada jenis emis, ambon, brazil, matahari; iguana; biawak; kadal salak; hingga gecko.
Berkat aktivitasnya yang peduli dengan keberlangsungan hidup satwa-satwa yang dilindungi lantas pada 2018 ia mulai dilirik untuk jadi kader konservasi oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejak saat itu dia punya tanggung jawab memberi edukasi serta sosialisasi ke masyarakat tentang hewan-hewan yang dilindungi maupun yang terancam eksistensinya karena perburuan liar.
Baca Juga:Pustral UGM Soroti Proyek Padat Karya: Rawan Praktik Korupsi
"Kalau diburu terus, maka satwa-satwa tersebut akan punah, cepat atau lambat. Untuk itu dimulai dengan saya yang menangkarkan dilepasliarkan ke alam," jelas dia.
Penangkaran hewan yang ia dirikan juga punya tujuan untuk memutus mata rantai pengepul serta pemburu dalam rantai hobi satwa liar. Menurutnya, ada empat komponen utama, yakni pemburu, pengepul, reseller atau penjual, baru terakhir penghobi atau kolektor.
"Dengan demikian saya bisa memotong mata rantai tersebut. Sehingga para penjual atau penghobi tidak mengambil lagi ke pemburu atau pengepul tapi ke para penangkar," katanya.
Terlebih, satwa liar yang ditetaskan di dalam kandang atau penangkaran menurutnya lebih cocok untuk dipelihara.
“Ngapain beli tangkapan liar, galak, mudah stress. Kalau mau lebih baik pelihara hasil tetasan kandang. Dengan saya menyediakan stok ke reseller kan sama saja menyelamatkan yang di hutan,” ujarnya.
Selain itu, Kurniawan pun aktif dalam menangani konflik satwa dan manusia. Konflik satwa dengan manusia di DIY paling banyak di Kabupaten Gunungkidul.
"Konflik-konflik yang sudah pernah saya tangani adalah kera ekor panjang yang memakan hasil pertanian warga, landak yang memakan umbi-umbian milik warga, dan anjing liar yang memangsa hewan ternak seperti kambing," papar dia.
Sekolah Konservasi
Apabila tidak ada PPKM, Kurniawan sudah ingin membuka sekolah konservasi untuk anak-anak yang ada di sekitar tempat penangkarannya. Walau menangkarkan satwa-satwa liar, namun lokasi penangkarannya tidak berada di tepi hutan yang terisolasi dari masyarakat sekitar.
Bahkan, lokasi penangkaran satwa liarnya berada di tengah pemukiman yang padat penduduk. Karena itu, selama ini memang sudah banyak anak-anak kampungnya yang suka bermain ke penangkarannya untuk melihat ular-ular yang dia pelihara.
“Konsep sekolahnya nanti saya ajak anak-anak bermain, saya ajak mengenal binatang. Saya tidak mendidik mereka untuk menjadi penghobi, tapi saya mendidik mereka bagaimana untuk menghargai lingkungan,” ujarnya.