Lima Ribu Warga Sleman Isoman di Rumah, Pemkab Minta yang Punya Komorbid Pindah ke Isoter

Saat ini ada sekitar 5 ribu warga Sleman yang isoman di rumah

Galih Priatmojo
Rabu, 01 September 2021 | 15:51 WIB
Lima Ribu Warga Sleman Isoman di Rumah, Pemkab Minta yang Punya Komorbid Pindah ke Isoter
Suasana lengang Asrama Haji Yogyakarta yang dialihfungsikan untuk menampung Orang Tanpa Gejala (OTG), Kamis (21/5/2020). [Suarajogja.id / Baktora]

SuaraJogja.id - Pemerintah Kabupaten Sleman mencatat ada 52.504 kasus positif Covid-19 di Sleman. Dari jumlah itu, sedikitnya 5.115 orang warganya yang menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah karena terinfeksi Covid-19, sebanyak 1.033 orang menjalani isolasi di rumah sakit. Sementara 39 lainnya menjalani isolasi di isolasi terpadu (isoter).

Melihat itu, Pemkab memberi perhatian serius terhadap pasien yang sedang menjalani isoman di rumah. Hal ini untuk mengurangi laju penularan sekaligus menekan angka kematian akibat Covid-19 yang saat ini masih tinggi, utamanya yang masih saja terjadi pada pasien yang menjalani isoman di rumah.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Sleman Cahya Purnama meminta kepada satgas Covid-19 di level tim tracer, Babinsa dan Bhabinkamtibmas agar lebih mencermati lagi terhadap warga isoman di wilayahnya.

"Jika ada kasus yang sifatnya berat atau memiliki penyakit penyerta (komorbid) seperti jantung, diabetes melitus (DM) maupun Ibu hamil. Meskipun tidak bergejala dan usia diatas 45 tahun, sebaiknya segera dibawa ke isoter," kata dia, Rabu (1/9/2021).

Baca Juga:Pasokan Tak Kunjung Datang Dinkes Sleman Kehabisan Vaksin, Tersisa Hanya 200 Dosis

Cahya menyebutkan, isoter bagi pasien komorbid ada di gedung Makkah Asrama Haji. Isoter Asrama Haji sudah dilengkapi dengan oksigen, oxymeter dan sebagainya.

Menurut dia, pasien yang melakukan isolasi di isoter cenderung lebih aman. Selain dapat membantu potensi penularan, pasien yang dirawat di isoter lebih cepat tertangani bila mengalami perburukan. Sebab, isolasi terpadu bisa langsung terkoneksi dengan rumah sakit rujukan.

"Berbeda jika pasien isoman di rumah. Potensi menularkan kasus ke anggota keluarga dan kematian lebih tinggi," ujarnya. 

Ia mengatakan, bila ada pasien Covid-19 yang terpaksa harus menjalani isoman di rumah, hendaknya memiliki oxymeter untuk mengecek saturasi oksigen. Begitu pasien memiliki saturasi di bawah 95%, maka mereka harus waspada untuk segera membawanya ke faskes terdekat. 

Sebelumnya, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Makwan mengatakan, pasien meninggal saat isoman kebanyakan dari awal memang tidak mau dibawa ke selter isoter dan memilih isolasi di rumah. Padahal saat pasien menjalani isolasi di rumah, akses layanan kesehatan terbatas.

Baca Juga:Ditemukan Pasien COVID-19 Meninggal Saat Isoman, Dinkes Sleman: Dikira Flu Biasa

"Ketika terjadi perburukan dan segera membutuhkan pertolongan medis akan kesulitan, karena tidak memiliki akses ke fasilitas kesehatan. Pada akhirnya meninggal dunia. Karena kondisinya semakin buruk, meski sudah ada intervensi dari faskes namun tetap tidak tertolong," ujarnya.

Kondisi bisa berbeda saat pasien menjalani isolasi di isoter. Akses ke rumah sakit bisa lebih cepat karena selter terkoneksi dengan Rumah Sakit rujukan. Pasien menjalani isolasi di isoter mendapat pendampingan dokter, perawat dan tersedia oksigen serta obat-obatan. 

Mengutip data yang dirilis Dinas Kesehatan Sleman, tercatat ada 2.292 pasien Covid-19 meninggal dunia, di Sleman. Dengan total kasus sebanyak 52.504 , maka case fatality rate atau tingkat kematian kasus sebesar 4,3%. Angka ini lebih tinggi dari angka nasional yang sebesar 3,2%.

Kontributor : Uli Febriarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini