Pada awal 1997 ia memberanikan diri untuk berjualan sate klatak dengan menyewa sebuah tempat di Jalan Imogiri Timur.
"Saya mulai mengontrak sebuah tempat untuk berjualan di Jalan Imogiri Timur mulai 1997 sampai 2008. Jadi hampir 11 tahun, setelah itu saya memutuskan untuk beli sebuah tempat untuk berdagang sate klatak," katanya.
Tempat itu kini adalah Sate Pak Pong 2 yang berada di Jalan Imogiri Timur No.10, Ketongo, Wonokromo, Pleret, Bantul. Selang beberapa tahun kemudian dia mendirikan Sate Klatak Pak Pong 1 sekaligus kantor utama.
"Sekarang saya punya tiga cabang, yang terbaru ada di Jalan Imogiri Barat. Itu berdirinya baru tahun 2020 kemarin," terangnya.
Baca Juga:Belum Laksanakan PTM, Bantul Tunggu Capaian Vaksinasi Sampai 70 Persen
Menurutnya, usaha kulinernya bisa dikenal banyak orang berkat dari sorotan media baik televisi, cetak, maupun online.
"Sate Klatak ini terkenal sejak diliput media-media. Alhamdulillah usaha saya jadi berkembang," ujar dia.
Ihwal asal usul nama Pak Pong yaitu karena sewaktu masih kecil sering bangun tidur pada siang hari. Sehingga ayahnya memanggilnya Njempong dalam Bahasa Jawa. Bahkan panggilan tersebut terbawa di lingkungan sekolah.
"Teman-teman sekolah saya ikut manggilnya Pong, termasuk warga sekitar ikut memanggilnya Pak Pong. Mungkin orang kalau mencari saya dengan nama Dzakiron tidak ada yang tahu, itu awet sampai saat ini," selorohnya sambil terkekeh.
Bersaing Secara Sehat
Baca Juga:PPKM di DIY Turun ke Level 3, Bupati Bantul: Tempat Wisata Segera Dibuka
Menjamurnya penjual sate klatak di sekitarnya karena sebagian dari mereka sebelumnya pernah ikut kerja dengan kakek Pak Pong. Selain itu, ada juga yang belajar cara membuat sate klatak dari para pamannya.