Cerita Warga Ngurak Urak Menyusuri Kegelapan Luweng Kendil dan Panggang demi Cari Air

Saluran PDAM sebenarnya sudah sampai ke wilayah mereka, tetapi karena berada di ujung selatan, maka pasokan air tidak selalu mengalir dengan baik.

Eleonora PEW
Minggu, 19 September 2021 | 13:34 WIB
Cerita Warga Ngurak Urak Menyusuri Kegelapan Luweng Kendil dan Panggang demi Cari Air
Anggota Sanggar Lumbung Kawruh Pedukuhan Ngurak Urak mengeksplorasi Luweng (gua vertikal) yang berada di wilayah mereka demi mencari air. - (Kontributor SuaraJogja.id/Julianto)

Sedangkan gua/luweng Gunung Panggang, menurut Irsyad mempunyai kedalaman vertikal sekitar 8-10 meter, Chamber gua memanjang sekitar 15-20 meter, dan jalurnya tertutup batu. Dalam gua tersebut erdapat Boulder/dinding batu yang mungkin reruntuhan dari permukaan yang menutupi lorong gua.

"Di kedua gua/Luweng ini, sampai akhir eksplorasi, kami tidak menemukan potensi sumber air," kata Jefri(21) menambahi.

Jefri adalah Mahasiswa UGM asal Sulawesi, dia adalah satu dari 9 anak Kapalasastra yang ikut ambil bagian dalam kegiatan ini. Dalam penelusuran gua/luweng ini, dia dan teman temannya,menggunakan teknik penelusuran Single Rope Tehcnique(SRT).

Kendati tidak menemukan sumber air, menurut Jefri, data tentang gua yang berhasil dikumpulkan bisa menjadi rekomendasi bagi masyarakat tentang pemetaan gua sebagai bahan kajian lebih lanjut.

Baca Juga:Kisah Ngeri Pembantaian PKI di Gua Grubug, Dipaksa Terjun ke Lubang Sedalam 98 Meter

"Masyarakat juga perlu mengetahui keberadaan gua/luweng di daerah mereka, sehingga keberadaanya dapat dilindungi. Masyarakat juga perlu mengetahui keberadaan gua/luweng di daerah mereka, sehingga keberadaanya dapat dilindungi," pungkas Jefri.

Disela sela memberesi peralatan Caving, kami kemudian banyak berbincang dengan anggota Sanggar Lumbung Kawruh, tentang kelanjutan upaya untuk mengatasi maslah air di Padukuhan Ngurak Urak,.ataupun Kalurahan Petir pada umumnya.

Ribut(35), pendiri sekaligus pengelola Sanggar Lumbung Kawruh ini kemudian banyak bercerita tentang keadaan alam di desanya. Pemuda berambut gimbal ini mengatakan sebetulnya masih ada dua gua/luweng yang belum dieksplorasi, yaitu luweng Jaran dan Song Terus, nanti kita akan agendakan lagi.

"Ada empat telaga di desa kami, semuanya kering, telaga telaga ini kering karena pohon besar/resan yang roboh dan mati dan karena dibangun talud permanen," lanjut Ribut.

Menurutnya, sebelum mengering fungsi telaga telaga ini sebetulnya sangat membantu masyarakat, baik untuk keperluan mandi, mencuci serta memandikan dan memberi minum ternak ternak petani.

Baca Juga:Viral Kakek Hidup Sebatang Kara di Tepus, Inem Jogja Beri Penjelasan Alasan Mengunggahnya

"Sekarang ini, air telaga paling bertahan hanya satu bulan di musim kemarau, setelah itu kering kerontang," imbuhnya.

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak