Viral Kakek Hidup Sebatang Kara di Tepus, Inem Jogja Beri Penjelasan Alasan Mengunggahnya

Sebelumnya viral kakek hidup sebatang kara di gubug

Galih Priatmojo
Jum'at, 17 September 2021 | 10:42 WIB
Viral Kakek Hidup Sebatang Kara di Tepus, Inem Jogja Beri Penjelasan Alasan Mengunggahnya
viral kakek hidup sebatang kara di gubug mengaku tidak dapat bantuan pemerintah. [tiktok @inem_jogja]

SuaraJogja.id - Sebuah video mengenai kakek hidup sebatang kara tinggal di gubug di kawasan Purwodadi, Tepus, Gunungkidul viral di media sosial. Video itupun sempat mendapat beragam komentar mengenai kebenarannya, hingga si pengunggah yakni Inem Jogja memberikan klarifikasinya. 

Dalam video singkat yang sempat diunggah di akun TikTok Inem Jogja itu, disebutkan sang kakek yang belakangan diketahui bernama Satiman itu hidup sebatang kara dalam sebuah gubug yang terbuat dari ranting-ranting pohon. 

Melalui narasi yang disampaikan, kakek Satiman hidup serba kekurangan bahkan tak mendapat bantuan dari pemerintah. Selain itu, ia juga tengah bersedih lantaran lama tak berjumpa dengan anak-anaknya yang tinggal di luar kota. 

Belakangan, video itu viral dan jadi perbincangan publik. Beberapa menyebut ada fakta lain mengenai sosok kakek Satiman. Gambaran yang diberikan mengenai kondisi kakek Satiman dianggap kurang tepat, lantaran sang kakek pernah dikunjungi anaknya hingga pernah mendapatkan bantuan. Meski begitu banyak pula yang memberi dukungan pada Inem Jogja mengenai upayanya memviralkan sosok kakek Satiman.

Baca Juga:Sering Dianggap Gila, Ini Filosofi di Balik Make Up "Nyleneh" Inem Jogja

Menanggapi ramainya video tersebut sang pengunggah yakni Inem Jogja memberikan penjelasan lewat akun Instagramnya beberapa waktu lalu. Ia menyebut bahwa kesediaannya mengunggah sosok kakek Satiman merupakan rekomendasi dari staf desa setempat agar diviralkan lantaran sang kakek hidup dalam kondisi memprihatinkan dan ingin bertemu dengan sang anak.

"Kami datang ke Tepus atas arahan Bapak Indro selaku staf Desa untuk membantu memviralkan seorang lansia yg ingin bertemu anaknya dan hidup memprihatinkan. Di sini kami ingin menghubungkan kembali komunikasi antara ayah dan anak agar kembali baik, karena penuturan beliau hubungan beliau dg anak sedikit renggang".

"Menurut keterangan BAPAK INDRO (Staf Desa) Pak Satiman ini tidak pernah mendapatkan bantuan dr pemerintah karena bukan warga asli dan tdk disambangi anaknya dan hidup dengan seadanya (tidur tanpa kasur, makan dari pemberian orang yg tinggal di sebelahnya) di sini lansia tersebut meminta kepada kami mohon bantuan agar hubungan dengan si anak kembali membaik dan bisa berjumpa karena kangen. Video kami buat atas persetujuan STAF DESA dan dari lansia, agar beliau bisa kumpul dengan anak2nya," tulis Inem disertai link video TikTok yang diunggahnya mengenai sosok kakek Satiman.

Sementara itu, sebelumnya tim SuaraJogja.id sempat menggali informasi dari sejumlah perangkat setempat mengenai kondisi dari kakek Satiman tersebut. 

Lurah Purwodadi, Sugiyanto membantah keras apa yang ada dalam narasi video yang diunggah Inem Jogja. Karena apa yang disampaikan tidak sesuai dengan fakta yang ada. Karena kenyatannýa, semua berkebalikan dengan yang disampaikan dalam video tersebut.

Baca Juga:Inem Jogja, 'Wong Edan' yang Gemar Tebar Kebaikan

"Beliau itu pak Satiman, warga padukuhan Winangun. Cuma tinggal di tanah kas desa yang letaknya berbatasan antara Pringsanggar dan Winangun,"kata dia, Kamis (16/9/2021) petang.

Satiman masih memiliki istri bernama Watiyem dengan status keluarga mendapatkan bantuan rutin sembako. Bahkan mendapat bantuan bedah rumah dari program Rumah Tapak Layak Huni (RTLH). Hanya saja Satiman pergi dari rumah tersebut karena terjadi perselisihan dengan istrinya.

"Istrinya sudah benar-benar tidak mau tinggal dengan Satiman,"ungkapnya.

Sebelum menikah dengan Watiyem, Satiman memang lama tinggal di Magelang dan memiliki istri serta dua orang anak. Tanpa alasan yang jelas, Satiman pulang ke Purwodadi dan menikah dengan seorang janda bernama Watiyem tersebut.

Terpisah, Carik Purwodadi, Menik menambahkan usai cekcok dengan istrinya, Satiman pergi dari rumah dan tinggal dengan kerabatnya yang bersedia menampungnya. Namun selang beberapa waktu kemudian, terjadi perselisihan dengan pemilik rumah yang menampungnya.

Karena tidak ingin ketentraman warganya terganggu maka dukuh setempat membangunkan sebuah gubug (pondok) dibantu warga sekitar. Gubug tersebut berada di tanah kas Kalurahan dan yang memintakan ijin juga dukuh setempat.

"Kalau materialnya itu bantuan pak dukuh Winangun dan warga setempat. Jadi pemerintah dan warga sini tidak kurang-kurangnya membantu beliau. Itu narasi sangat memojokkan kami (pemerintah kalurahan) seolah-olah abai,"keluh dia.

Jika dikatakan anaknya tidak mengirim uang, ia membantahnya karena anaknya selalu rutin mengirimkan uang melalui anaknya yang lain yang tinggal di Nitikan Kapanewon Semanu. Menik juga menampik jika Satiman berpuluh-puluh tahun tidak bertemu anaknya.

Menik menyebut, bulan Juli lalu anaknya telah menemui Satiman. Anaknya memang belum kembali berkunjung menemui Satiman karena terkendala Pemberlakuan Pengetatan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di mana terjadi banyak penyekatan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak