Angka Kehamilan Tidak Dikehendaki Masih Tinggi, Rata-Rata Nasional Sebesar 17 Persen

Angka KTD sebesar 17 persen itu tercatat selama masa pandemi Covid-19 berlangsung hingga sekarang.

Eleonora PEW | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 19 Oktober 2021 | 12:10 WIB
Angka Kehamilan Tidak Dikehendaki Masih Tinggi, Rata-Rata Nasional Sebesar 17 Persen
Ilustrasi Hamil (Pexels/MART PRODUCTION)

BKKBN mencatat, setidaknya faktor putusan pemakaian kontrasepsi akibat pandemi Covid-19 itu berpengaruh hingga 10-15 persen dari keseluruhan angka kehamilan yang ada.

"Kalau dari total kehamilan itu yang dipengaruhi oleh putus kontrasepsi itu hanya 10-15 persen," ujarnya.

Melihat kondisi ini, BKKBN terus berusaha memberikan arahan, edukasi serta gencar kampanye kepada pasangan-pasangan usia subur yang baru saja melahirkan. Harapannya, setelah pasangan tersebut melahirkan anak pertama mereka bisa memberi jarak dan menggunakan program Keluarga Berencana (KB) terlebih dulu.

Sebab jika kondisi ini tidak diperhatikan dengan baik dapat pula berpotensi dengan meningkatnya angka stunting pada anak di Indonesia.

Baca Juga:Angka Kelahiran Naik, BKKBN & DKT Indonesia Usung ILM Gerakan KB Mandiri

"Itulah yang membuat juga stunting itu perlu perhatian sejak hamil tapi ternyata perhatiannya kurang karena kehamilannya saja tidak begitu diharapkan. Harapan saya setelah melahirkan KB dulu dengan jarak 2 tahun nanti kalau mau melahirkan jaraknya 3 tahun. Supaya anak sehat tidak stunting," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak