Cerita Kukuh Kudamai Sosok di Balik Lagu Viral Mendung Tanpo Udan, Gara-gara Terjebak PSBB

Kukuh menciptakan lagu Mendung Tanpo Udan saat terjebak di Jakarta akibat adanya PSBB

Galih Priatmojo | Rahmat jiwandono
Jum'at, 05 November 2021 | 17:58 WIB
Cerita Kukuh Kudamai Sosok di Balik Lagu Viral Mendung Tanpo Udan, Gara-gara Terjebak PSBB
Pencipta Lagu Mendung Tanpo Udan yaitu Kukuh Prasetyo (29) berpose dengan gitar. (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

SuaraJogja.id - Video klip lagu Mendung Tanpo Udan di channel Youtube Ndarboy Genk hingga kini telah mendapat view sekitar 46 juta. Namun, masih banyak orang yang belum tahu bahwa penyanyi asli dari lagu tersebut adalah Kukuh Prasetyo (29), seniman serba bisa asal Kabupaten Madiun, Jawa Timur yang sekarang menetap di Bantul.

SuaraJogja.id berkesempatan untuk ngobrol dengan Kudamai atau nama panggung Kukuh Prasetyo di workshop milik manajernya di Sewon, Bantul pada Kamis (4/11/2021).

Kudamai bercerita bahwa lagu Mendung Tanpo Udan dibuat pada 2020. Lagu itu ia tulis di Palmerah, Jakarta Barat saat mendapat tawaran syuting sebuah film untuk 15 episode. Namun, baru sampai di episode kedua kontraknya mandek.

Pencipta Lagu Mendung Tanpo Udan yaitu Kukuh Prasetyo (29) berpose dengan gitar. (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)
Pencipta Lagu Mendung Tanpo Udan yaitu Kukuh Prasetyo (29). [instagram]

"Jadi ada 13 episode yang akhirnya saya batal syuting. Enggak tahu alasannya kenapa tapi honor selama 15 episode itu tetap dibayar utuh," ungkapnya.

Baca Juga:Muncul Klaster Covid-19, Bupati Bantul Sebut Masyarakat Mulai Abai Protokol Kesehatan

Honor yang diterima untuk 15 episode tersebut sebesar Rp3 juta. Dengan uang tersebut ia bermaksud untuk kembali ke Jogja tetapi karena ada kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memaksanya untuk tetap bertahan di Ibu Kota. Sehingga dengan uang yang ada dia harus bisa bertahan hidup.

"Bisa dibayangkan cuma pegang duit Rp3 juta untuk bertahap hidup di Jakarta selama tujuh bulan. Selama itulah saya mendapat bantuan dari teman-teman saya, termasuk disewakan sebuah hotel untuk tinggal," katanya.

Saat berada di hotel itulah, dia mulai menulis lagu Mendung Tanpo Udan. Tidak hanya itu, dia juga memperoleh kesempatan untuk merekam lagu yang sudah ditulis.

"Akhirnya ada teman saya mau nampung lagu itu untuk recording," kata pria kelahiran 20 Juni 1992 itu.

Dia menjelaskan bila lagu tersebut bukanlah kisah pribadinya tentang masa pacarannya. Namun, kisah orang-orang di sekelilingnya yang pernah mengalami patah hati.

Baca Juga:Anak Usia 6-11 Tahun Bisa Divaksin, Bupati Bantul Bilang Begini

"Kisah cinta dari orang-orang yang ada di sekelilingku yang kemudian dijadikan karya. Karena setiap orang punya pasti pengalaman tentang itu," terangnya.

Dalam menulis sebuah lagu, Kukuh cenderung menghindari untuk menggunakan metafora yang berlebihan. Dia lebih memilih untuk menulis lirik yang sesuai dengan realitas.

"Untuk menulis lagu saya lebih realistis, dalam arti metafora hanya sebagian kecil seperti lagu Mendung Tanpo Udan," katanya.

Lagu Mendung Tanpo Udan, lanjutnya, mengisahkan tentang hubungan sepasang kekasih yang harus pisah karena suatu hal. Contohnya, soal perbedaan prinsip sehingga mereka harus berpisah.

"Akhirnya mereka saling mengikhlaskan satu sama lain. Bukan karena salah satu dari mereka meninggalkan," tuturnya.

Setelah menulis lagu tersebut, Kukuh juga sudah menulis tiga lagu lainnya yang berkelindan dengan lagu ini. Lagu berikutnya adalah Udan Tanpo Mendung.

Salah satu lirik di lagu itu begini aku wong sing ra gampang sayang mergo aku wedi keroso peteng ning gon padang (aku orang yang tidak gampang sayang karena aku merasa gelap di tempat yang terang).

"Lagu ini ceritanya tentang seseorang yang teringat kenangan dengan mantannya yang tiba-tiba muncul. Ibarate ndilalah udan ning ra ono mendung (langsung hujan padahal tidak ada mendung)," jelas dia.  

Lagu ketiga berjudul Mendung Ketemu Udan. Jadi ada kaitannya dengan lagu pertama di mana mereka berpisah karena prinsip, lalu di lagu kedua salah satu dari mereka ingat tentang kenangan yang indah dan pahit.

"Di lagu ini mereka ditemukan kembali karena takdir. Nek koyo ngene ki kan wes kehendak e Gusti Allah, mbok BMKG wae ora iso ngatur," selorohnya sambil tertawa.

Untuk lagu keempat berjudul Mendung Udan Terus Terang yang akan mulai digarap pada November ini. Lagu ini menceritakan tentang kejelasan hubungan pasangan ini akan dibawa ke mana.

"Status hubungan mereka akan lebih jelas setelah menjalin hubungan serius," kata pria yang kerap tampil di FTV itu.

 Dengan demikian, sejauh ini sudah ada empat lagu yang ia telurkan. Ia menyebut sejatinya total akan ada enam lagu.

"Tapi untuk lagu yang kelima dan keenam belum bisa saya bocorkan. Tunggu saja besok kalau sudah rilis," ujarnya.

Mendung Tanpo Udan Meledak

Booming-nya lagu Mendung Tanpo Udang bukanlah sebuah kebetulan. Ada cerita menarik di balik lagu yang sebelumnya dibawakan oleh Kukuh bergenre Pop Ballad. Kemudian digubah oleh Ndarboy Genk dengan musik dangdut.

Lagu Mendung Tanpo Udan pertama kali diunggah di kanal Youtube miliknya yaitu Kukuh Prasetya Kudamai pada 12 Februari 2021. Kekinian, video tersebut telah dilihat sebanyak 1,6 juta orang.

Kemudian pada 5 Juli 2021, Ndarboy Genk pun mengunggah video dengan judul yang sama. Hasilnya, video itu viral dan menuai sukses besar.

"Sampai saat ini sudah ditonton sebanyak 46 juta orang," ucapnya.

Menurut pria yang kuliah mengambil jurusan teater di Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja angkatan 2011 itu, genre musik menentukan populer tidaknya sebuah lagu.

"Musikku itu kan pop, tapi kalau dibawakan dengan genre dangdut aku yakin akan meledak. Karena ada jargon unik dalam musik dangdut itu seperti loro atimu tak jogeti atau loro atimu tak kancani," kata pria yang personel band Sri Rejeki itu.

Diakuinya, sebelum lagu itu dinyanyikan oleh Ndarboy Genk, Kukuh bersikeras belum akan mengizinkan orang lain untuk menyanyikan lagunya jika sudah siap dari beberapa aspek. Aspek yang dimaksud ialah menyiapkan mentalitas dan manajemen.

Pencipta Lagu Mendung Tanpo Udan yaitu Kukuh Prasetyo (29) berpose dengan gitar. (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)
Pencipta Lagu Mendung Tanpo Udan yaitu Kukuh Prasetyo (29) berpose dengan gitar. (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

"Kalau dari hal seperti itu aku belum siap, kalau tiba-tiba mbledos ya aku kerepotan. Mending aku menahan diri dulu karena melibatkan perasaan dan perjalanan dalam berkarya," ujarya.

"Aku enggak mikir bakal terkenal atau tidak, yang penting karyaku diapresiasi masyarakat. Aku juga ingin independen karena lebih senang produksi musik sendiri," imbuhnya.

Ndarboy Genk butuh waktu selama tujuh bulan sampai akhirnya Kukuh menyetujui lagu Mendung Tanpo Udan dikaver musisi asal Kapanewon Pandak, Bantul itu. Faktor yang membuatnya legawa ialah karena desakan dari Ndarboy lantaran setiap mereka bertemu selalu menanyakan apakah lagunya boleh diubah jadi dangdut.

"Setiap kali aku ketemu sama Ndaru selalu ditanya lagunya untuk diubah jadi dangdut. Selama tujuh bulan itu juga mempersiapkan segalanya, ya sudah diberi izin," ungkapnya.

Kukuh sendiri sudah mengenal Ndaru cukup lama. Bahkan lagu tersebut sudah pernah didengarkan ke dia.

"Memang sebelum lagunya viral aku sudah dengarkan ke dia karena untuk ngetes iki karakter ora sih," ujarnya.

Bak gayung bersambut, setelah lagu itu populer dinyanyikan Ndarboy Genk, penyanyi dangdut asal Jawa Timur Denny Caknan pun tertarik untuk berkolaborasi. Kolaborasi itu direalisasikan dengan sebuah video di kanalnya DC. Production yang diunggah pada 27 Juli 2021.

"Jadi masih di bulan yang sama setelah mbledos dikaver Ndarboy Genk, laguku dikaver oleh penyanyi dangdut top seperti Denny Caknan," paparnya.

Setelah viral dinyanyikan oleh dua penyanyi tersebut, lambat laun warganet atau netizen tahu bahwa Kukuh merupakan pencipta lagu sekaligus orang yang kali pertama menyanyikannya.

"Memang awal-awal belum pada tahu kalau saya yang nyanyi, walau di deskripsi lagu itu dicantumkan akun Youtube saya. Tapi yang namanya era digital informasi sangat mudah tersebar luas dengan cepat," ucapnya.

Ketika banyak orang yang dialah penyanyi aslinya, maka ada yang membandingkannya. Namun demikian, ia bersikap cuek dengan komentar tersebut.

"Di kolom komentar video klipku Mendung  Tanpo Udan banyak yang membandingkan begitu tapi cuek-cuek saja," katanya.

Ia mengakui bahwa untuk menyanyikan lagu dangdut itu sulit. Terlebih harus mengatur teknik pernapasannya.

"Menyanyi dangdut itu sulit, aku bingung mengatur napasnya. Wong lagi itu saja pelan sudah kabotan," ujarnya.  

Menyoal lirik awak dewe tau duwe bayangan, besok yen wes wayah omah-omahan, aku moco koran sarungan, kowe belonjo dasteran. Ia menjelaskan, sejatinya lirik awalnya lebih bernuansa religi.

"Sebetulnya lirik awalnya begini aku dadi imam sarungan, koe makmum rukuhan (aku jadi imam salat dan kamu makmumnya menggunakan mukena). Lalu diganti supaya lebih bisa diterima banyak orang," ungkap dia.

Selain itu, menurutnya, lirik lagu aku moco koran sarungan tak lagi relevan dengan generasi Z yang mana sudah tidak membaca koran. Itu karena dia tumbuh di era media cetak sampai media online.

"Salah satu alasan aku tulis liriknya begitu karena aku hidup di era transisi media dari cetak ke digital. Koran jadi pertanda zaman, orang yang pakai sarung sampai sekarang juga masih ada. Ibu-ibu yang belanja ke pasar pakai daster pun masih ada. Anak-anak zaman sekarang harus tahu soal itu," katanya.

Konsisten produksi lirik lagu berbahasa Jawa

Kukuh menyebutkan untuk ke depannya ia belum dapat memastikan apakah akan terus berkarya menulis lagu berbahasa jawa. Kendati demikian, dia akan tetap konsisten berkarya bermuatan Bahasa Jawa.

"Tetap berkarya baik itu menulis lagu maupun akting tetap prinsipnya Bahasa Jawa," paparnya.

Bahasa Jawa amat melekat di dirinya karena berawal dari karirnya yang bergabung dengan musik komunitas teater bahasa jawa pada 2011 bernama teater Sego Gurih kini ganti nama jadi Sego Jenuk.

"Secara enggak langsung itu kemudian yang mempengaruhi karya-karyaku," ujar dia.  

Pencipta Lagu Mendung Tanpo Udan yaitu Kukuh Prasetyo (29) berpose dengan gitar. (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)
Pencipta Lagu Mendung Tanpo Udan yaitu Kukuh Prasetyo (29) berpose dengan gitar. [instagram]

Alasan lainnya adalah Bahasa Jawa ternyata dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat meski tidak paham bahasanya. Dengan kata lain, barrier language atau sekat perbedaan bahasa di Indonesia dapat ditembus dengan lagu.

"Lagunya bisa dinyanyikan oleh warga Indonesia lainnya yang bukan penutur Bahasa Jawa," katanya.

Di samping itu, jika keenam lagu yang berkaitan dengan hal di atas sudah selesai bakal disalurkan ke medium lain yaitu novel dan film. Namun, dia belum tahu kapan kedua proyek itu akan dikerjakan.

"Kenapa ingin bikin novel dan film karena untuk pencapaian dalam hidupku besok kalau udah nikah ada yang diceritakan ke anak," imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini