SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung. Meski belum ada awan panas yang muncul tapi guguran lava juga masih terus terjadi.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, mengatakan dalam periode pengamatan Jumat (26/11/2021) pukul 00.00 WIB - 24.00 WIB terdapat sejumlah guguran lava yang teramati masih mengarah ke barat daya.
"Teramati 25 kali guguran lava pijar ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter," kata Hanik dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (27/11/2021).
Selain lava, kata Hanik, aktivitas kegempaan juga masih terus terjadi. Mulai dari kegempaan guguran sebanyak 173 kali, hembusan 7 kali, hybrid atau fase banyak 10 kali, tektonik jauh dan vulkanik dangkal masing-masing 1 kali.
Baca Juga:Dalam 30 Jam Muncul 40 Kali Luncuran Lava Merapi, Jarak Terjauh Hingga 2 Kilometer
Sementara jika dibandingkan dengan periode pengamatan terbaru atau tepatnya pada Sabtu (27/11/2021) pukul 00.00 WIB - 06.00 WIB aktivitas Gunung Merapi kembali melandai. Dibuktikan dengan masih tidak teramati munculnya awan panas dan guguran lava dari puncak Merapi.
Dalam periode ini cuaca di sekitar Gunung Merapi berawan dan mendung dengan angin bertiup lemah ke arah barat. Tidak teramati juga kemunculan asap kawah dalam periode ini.
Kendati begitu dari sisi aktivitas kegempaan pun masih terus terjadi. Terdapat kegempaan guguran sebanyak 29 kali, hembusan 2 kali, dan hybrid atau fase banyak 2 kali.
Hanik memastikan bahwa walaupun aktivitas Gunung Merapi cenderung melandai saat ini bamun status masih belum diturunkan yakni tetap pada Siaga (Level III).
BPPTKG terus melakukan pemantauan jika memang terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.
Baca Juga:Ada sejak Zaman Perang Diponegoro, Gua Ponggolo Jadi Situs Bersejarah di Bhumi Merapi
Hanik menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal 3 km ke arah sungai Woro. Lalu sejauh 5 km ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Sedangkan untuk kemungkinan jika terjadi lontaran material vulkanik saat terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya," imbuhnya.
Masyarakat juga diminta agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
Selain itu kegiatan penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III juga tetap direkomendasikan untuk dihentikan sementara waktu.
Ditambah dengan imbauan kepada pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak dalam kondisi saat ini.
Sementara itu Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan mengimbau masyarakat atau pelaku wisata yang berkegiatan sekitar sungai yang berhulu di lereng Merapi untuk lebih waspada. Terlebih dengan hujan yang sudah sering terjadi di wilayah puncak.
"Berkaitan wisata berharap kawan-kawan jip terutama yang atraksi di sungai harus hati-hati. Kalau hujan jangan ambil resiko karena bencana banjir. Seperti yang kita lihat di Kali Kuning itu banyak tapi kalau hujan jangan coba-coba," imbau Makwan.