SuaraJogja.id - Ayah dari seorang anak yang juga merupakan atlet tunarungu asal Bantul mendatangi kantor Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan DIY untuk membuat laporan terkait dengan bonus kejuaraan yang tak kunjung turun.
Bonus kejuaraan olahraga yang bahkan sudah berlangsung pada 2019 lalu itu belum juga diterima hingga sekarang dan bahkan mempengaruhi semangat anak untuk kembali ikut dalam ajang lainnya.
Dikonfirmasi terkait hal tersebut Kepala Disdikpora DIY Didik Wardaya mengaku belum bisa menjelaskan secara detail. Pihaknya masih akan melakukan pengecekan terhadap berkas-berkas atau yang terkait dengan event kejuaraan yang bersangkutan itu.
"Coba nanti saya cek dulu. Pepapernas dengan peparnas kemarin itu berbeda. Coba yang itu kita cek," kata Didik saat dikonfirmasi awak media, Selasa (11/1/2022).
Baca Juga:Cerita Pria Lulusan SD di Bantul Pembuat Robot Raksasa, China dan Eropa Kepincut Karyanya
Didik menyebut pengcekan itu juga dilakukan untuk memastikan keterlibatan DIY dalam sejumlah agenda olahraga nasional tersebut. Sebab semenjak pandemi Covid-19, DIY sempat beberapa kali tidak mengirimkan kontingennya.
"Sempat kemari kita tidak mengikuti. Coba kami cek dulu ya nanti. Karena (pandemi) Covid-19 itu kita tidak mengikuti. Nanti saya cek dulu," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan Sarjana, pria berusia 49 tahun mendatangi kantor Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan DIY pada Selasa (11/1/2022). Kedatangan warga Jetis, Bantul itu dilakukan demi membangkitkan kembali semangat anaknya yang terkasih Shela Nur Fa'izah (17).
Shela sendiri merupakan seorang anak tuna rungu dengan segudang prestasi di bidang atletik. Dibuktikan dengan tiga medali emas di ajang Pekan Paralympic Pelajar Nasional atau Peparpenas 2019 lalu.
Tiga medali emas itu dapat dari cabang olahraga lari 100 meter, lari 200 meter dan lompat jauh. Prestasi gemilang itu ditorehkan Shela saat baru menginjak pendidikan menengah pertama di sebuah SLB yang berada di Bantul.
Baca Juga:Kendalikan Harga Minyak Goreng, Bantul Akan Laksanakan Operasi Pasar
"Anak saya itu atlet lari mewakili DIY ke Jakarta. Yang kami harapkan itu untuk menambah semangat dari anak itu supaya tetap prestasi terjaga dan tidak patah semangat. Terkait bonus dan lain-lain itu sebetulnya tidak kami permasalahkan nominal berapanya, cuma yang bikin saya kecewa sejauh ini masalahnya anak saya kok jadi patah semangat," kata Sarjana.
Sarjana menegaskan bahwa semangat anaknya itu anjlok akibat bonus dari raihan prestasi sebelumnya belum diberikan. Padahal hal itu memang sudah sempat dijanjikan oleh pendamping atau pelatih anaknya dulu sebelum dan setelah bertanding.
"Karena (bonus) itu memang pernah diutarakan dan dijanjikan sama pendamping atau pelatih," ungkapnya.
Sudah sejak Peparpenas 2019 lalu itu hingga sekarang belum ada kejelasan mengenai bonus yang dijanjikan kepada anaknya itu. Semenjak itu juga Sarjana memperjuangkan hak anaknya dengan bertemu berbagai pihak agar masalah ini bisa terselesaikan.
"Sudah ke Balai Pemuda dan Olahraga (BPO) DIY, Disdikpora DIY, dari dinas disuruh ke Kepatihan (Pemda DIY). Saya berhenti dulu, apa saya harus ketemu Gubernur atau gimana, kalau terpaksa saya pun bisa datang minta keadilan dengan adanya anak seperti itu. Sampai sejauh itulah saya berjuang dengan adanya seperti itu," tuturnya.
Hingga sampai pada titik ini, Sarjana pun akhirnya memutuskan mendatangi ORI DIY untuk membuat pelaporan terkait persoalan yang menimpa anaknya itu. Ia menyatakan persoalan ini sangat mempengaruhi semangat anaknya untuk kembali melanjutkan prestasinya.
"Masalah prestasi yang sudah tercapai gara-gara bonus tidak keluar itu kok anak saya jadi patah semangat. Memang karena anak saya dari kecil benar-benar sudah menderita karena anak difabel tuna rungu, sudah meraih kebahagiaan mendapat 3 medali emas itu kok tiba-tiba patah (semangat) karena hal-hal seperti itu," paparnya.
Sementara itu, Ketua ORI DIY Budi Masturi menyampaikan bahwa jawatannya masih akan terlebih dulu mencari data mengenai persoalan ini. Termasuk juga dengan rencana untuk melakukan klarifikasi ke pihak pelatih maupun instansi-instansi terkait lainnya.
"Kita harus klarifikasi ke pelatih apakah dianggarkan atau bagaimana Kita akan dengarkan keterangan pelatihnya. Kalau dianggarkan kok belum direalisasikan," ujar Budi.