SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo berencana kembali melaksanakan random swab atau swab acak kepada siswa di lingkungan sekolah. Rencananya swab acak tersebut akan dilaksanakan pada Februari 2022 mendatang.
Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo, Sri Budi Utami menuturkan bahwa pelaksanaan swab acak itu kembali dilakukan sebagai antisipasi semakin meluasnya kasus Covid-19 khususnya di lingkungan sekolah. Terlebih dengan sudah adanya temuan sejumlah kasus hingga saat ini.
"Memang swab acak ini upaya kita untuk meminimalisir kasus Covid-19 khususnya dengan melakukan screening secara acak yang menyasar pelajar tingkat SD, SMP, SMA sederajat termasuk SLB. Program ini juga merupakan instruksi dari pemerintah pusat," kata Sri Budi kepada awak media, Jumat (28/1/2022).
Disampaikan Sri Budi, pihaknya juga sudah melakukan sejumlah evaluasi terkait pelaksanaan swab acak tersebut. Sebab sebelumnya Dinkes Kulon Progo juga telah melakukan swab acak di sekolah-sekolah yang ada pada akhir tahun 2021 lalu.
Baca Juga:Maling Gondol HP dan Uang di Indekos Kulon Progo, Kerugian Hingga Belasan Juta
Koordinasi juga terus dilakukan bersama dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kulon Progo, Balai Dikmen hingga Kementerian Agama Kulon Progo. Saat ini, kata Sri Budi, jawatannya tengah melakukan pendataan terkait dengan sasaran untuk swab acak mendatang.
"Pada intinya kalau memang ditemukan angka positif rate di atas lima persen dari sasaran atau sampai timbul klaster sekolah maka kegiatan PTM di sekolah tersebut akan dihentikan selama dua minggu. Jika kurang dari itu hanya dihentikan selama dua hari," paparnya.
Sebelumnya Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM Gunadi menyebut pemerintah perlu lebih memperhatikan keputusan lebih lanjut terkait dengan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen di sekolah.
Salah satu hal yang kemudian menjadi penting untuk diperhatikan adalah tentang pelaksanaan 3T atau Testing, Tracing dan Treatment. Mengingat sebaran virus Covid-19 khususnya varian terbaru Omicron.
"Kalau menurut saya pribadi mungkin PTM 100 persen itu kan tentunya pemerintah dan stake holder terkait sudah mempertimbangkan ya, tapi kemudian ya harus diikuti langkah-langkah tadi 3T," kata Gunadi.
Baca Juga:Disperindag Kulon Progo Masih Temukan Harga Minyak Tinggi di Pasaran, Ternyata Ini Sebabnya
Disampaikan Gunadi, pelaksanaan 3T di lingkungan pendidikan itu tidak bisa hanya dilakukan secara terbatas saja. Dalam artian jika hanya ada atau ditemukan kasus terlebih dulu.
Pasalnya dimungkinkan juga akan ada banyak siswa yang membawa virus corona namun tidak terdeteksi. Dalam hal ini pasien dengan status OTG (orang tanpa gejala) harus bisa diantisipasi lebih dulu agar penularan tidak meluas.
"Jadi pemerintah juga harus konsekuensi kalau memang berani 100 persen PTM ya harus berani juga melakukan testing secara acak," tegasnya
"Secara berkala, jangan menunggu ada klaster ada positif baru ditracing itu terlambat nanti keburu menyebar. Karena begitu menyebar kan kembali ke keluarganya masing-masing ini yang akan menjadi klaster-klaster baru," sambungnya.