SuaraJogja.id - Kasus antraks yang melanda dua Kapanewon di Gunungkidul memicu penurunan jumlah transaksi di pasar sapi Siyonoharjo Kapanewon Playen turun. Tak hanya itu, harga sapi yang diperdagangkan di pasar hewan terbesar di Gunungkidul ini juga anjlok, hal ini tentu membuat pedagang khawatir.
Kirin, pedagang sapi asal Kalurahan Pulutan Kapanewon Wonosari mengungkapkan, warga nampaknya sudah mulai khawatir dengan adanya penyebaran antraks tersebut. Terbukti banyak pedagang yang mengeluh sapi yang dibawanya susah laku.
Seperti dirinya, sudah dua pasaran wage atau sudah 5 hari ini sapinya belum laku dijual. Dua sapi yang ia miliki bahkan juga sudah ia coba jual di Pasar Hewan Semanu, namun juga belum laku. Pengunjung yang hadir di pasar Sapi mengaku enggan membeli sapi karena khawatir antraks.
"Sepi sekarang. Bawa dua sapi saja belum laku. Kemarin tak bawa ke Munggi juga ndak ada yang beli,"ungkap dia, Rabu (2/2/2022).
Baca Juga:Diduga karena Cerai, Pekerja Asal Gunungkidul Tewas Gantung Diri di Sleman
Tak hanya sepi, harga sapi juga langsung anjlok usai ada kabar antraks melanda Gunungkidul. Ia mulai merasakan harga sapi turun dua pekan yang lalu atau ketika kasus antraks di Kapanewon Gedangsari mencuat ke publik.
Hal yang sama juga dirasakan Subari, pedagang ternak dari Karangmojo. Ia datang hanya sekedar memantau harga ternak. Di rumah ia masih memiliki tiga ekor sapi untuk dijual. Namun karena ada kabar ternak di Kapanewon Gedangsari dan Ponjong terkena antraks, ia tidak membawa hewan dagangannya.
"Ya kalau ada antraks pasti sulit sapi itu laku. Saya ke sini hanya lihat-lihat,"ungkap dia.
Subari menambahkan, berdasarkan pantauannya harga hewan ternak khususnya sapi, penurunan mencapai Rp. 2juta. Menurutnya banyak peternak yang mulai menjual ternaknya sebelum harganya anjlok.
Subari berharap agar pemerintah segera mengambil langkah melakukan antisipasi penyakit anthrax merebak. Pemerintah juga harus turun tangan melakukan sosialisasi terkait dengan apa sebenarnya penyakit antraks tersebut. Karena selama ini memang belum ada sosialisasi berkaitan dengan penyakit antraks pada hewan ternak terutama sapi kepada mereka.
"Kami tidak tahu hewan ternak yang terpapar antraks itu ciri-cirinya seperti apa,"tambahnya.
Kepala Pengelola Pasar Hewan Siyonoharjo, Isnaningsih mengalahkan kabar merebaknya virus Anthrax di wilayah kabupaten Gunungkidul memang berpengaruh terhadap tingkat kunjungan di pasar hewan yang ia kelola ini. Pihaknya mencatat ada penurunan sekitar 10% jumlah pengunjung pasar hewan siyono Harjo.
"Dua kali pasaran ini, pengunjung pasar Hewan Siyonoharjo turun,"ujar dia.
Kontributor : Julianto