Efek Domino Antraks di Gunungkidul, Harga Sapi Anjlok hingga Permintaan Daging Turun Drastis

Tak hanya pedagang ternak, antisipasi juga dilakukan pedagang kuliner sate kambing.

Eleonora PEW
Jum'at, 04 Februari 2022 | 19:11 WIB
Efek Domino Antraks di Gunungkidul, Harga Sapi Anjlok hingga Permintaan Daging Turun Drastis
[ILUSTRASI] Pembeli memegang daging yang digantung di Pasar Bantargebang, Kota Bekasi, Minggu (11/4/2021). [Suara.com/Dian Latifah]

Tak hanya sepi, harga sapi juga langsung anjlok usai ada kabar antraks melanda Gunungkidul. Sapi-sapi besar yang diperdagangkan di pasar hewan siyono Harjo tersebut mengalami penurunan rata-rata antara Rp 1 juta hingga Rp2.000.000 per ekor

"Saya mulai merasakan harga sapi turun dua pekan yang lalu atau ketika kasus antraks di Kapanewon Gedangsari mencuat ke publik," ungkap dia.

Hal yang sama juga dirasakan Subari, pedagang ternak dari Karangmojo. Ia datang hanya sekedar memantau harga ternak. Di rumah ia masih memiliki tiga ekor sapi untuk dijual. Namun karena ada kabar ternak di Kapanewon Gedangsari dan Ponjong terkena antraks, ia tidak membawa hewan dagangannya.

"Ya kalau ada antraks pasti sulit sapi itu laku. Saya ke sini hanya lihat-lihat,"ungkap dia.

Baca Juga:Antraks Jangkiti Ternak di Gunungkidul, Penjual Daging Sapi Tak Terdampak

Subari menambahkan, berdasarkan pantauannya harga hewan ternak khususnya sapi, penurunan mencapai Rp. 2juta. Menurutnya banyak peternak yang mulai menjual ternaknya sebelum harganya anjlok.

Subari berharap agar pemerintah segera mengambil langkah melakukan antisipasi penyakit anthrax merebak. Pemerintah juga harus turun tangan melakukan sosialisasi terkait dengan apa sebenarnya penyakit antraks tersebut.

Selama ini memang belum ada sosialisasi berkaitan dengan penyakit antraks pada hewan ternak terutama sapi kepada mereka. Banyak pedagang yang tidak tahu hewan ternak yang terpapar antraks itu ciri-cirinya seperti apa.

"Tentu antisipasi juga agar tidak rugi. Kami mulai besok stop belanja sapi. Sementara waktu melihat perkembangan," kata pedagang sapi asal Karangasem, Paliyan, Gunungkidul, Eko Purwono.

Dia berharap penanganan terhadap temuan Antraks dari pihak berwenang cepat dilakukan, sehingga tidak menyebar ke wilayah kapanewon lain. Dengan begitu, dampak Antraks terhadap usaha jual beli ternaknya, baik sapi dan kambing tidak terpuruk seperti beberapa tahun 2020 lalu.

Baca Juga:Dua Kalurahan di Gunungkidul Masuk Zona Merah Penyebaran Antraks

Tak hanya pedagang ternak, antisipasi juga dilakukan pedagang kuliner sate kambing. Anindita Wahyu Pratama penjual sate di Wonosari ini lebih hati-hati memilih kambing yang hendak disembelih.

"Ada atau tidak ada Antraks, saya memilih kambing yang benar-benar sehat. Bisa dilihat dari mata kambing, mengeluarkan air atau ada kotorannya tidak. Apalagi kondisi kambing yang sudah sakit bahkan mati jelas pantangan," tegasnya.

Dengan kemunculan antraks dia akan lebih jeli lagi dalam membeli kambing. Termasuk mempertimbangkan asal-usul kambing. Karena ia sendiri juga tidak ingin pelanggannya terpapar antraks.

Kepala Pengelola Pasar Hewan Siyonoharjo, Isnaningsih mengalahkan kabar merebaknya virus Anthrax di wilayah kabupaten Gunungkidul memang berpengaruh terhadap tingkat kunjungan di pasar hewan yang ia kelola ini. Pihaknya mencatat ada penurunan sekitar 10% jumlah pengunjung pasar hewan siyono Harjo.

"Dua kali pasaran ini, pengunjung pasar Hewan Siyonoharjo turun. Kalau transaksi kami tidak tahu. Karena pedagang tidak ada yang laporan," ujar dia.

Kepala Dinas Perdagangan Gunungkidul, Kelik Yuniantoro mengaku akan membatasi lalu lintas ternak baik keluar maupun masuk ke Gunungkidul. Pihaknya berencana membuat pos pengawasan lalu lintas ternak bekerjasama dengan Pemda DIY.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak