Kirin, pedagang sapi asal Kalurahan Pulutan Kapanewon Wonosari mengakui sepinya transaksi hari ini. Tak hanya hari ini, 5 hari yang lalu atau pasaran Wage sebelumnya juga sepi. Bahkan kemarin ketika dirinya mencoba peruntungan di Pasar Hewan Munggi Semanu, ia juga merasakan hal yang sama.
"Sepi, dagangan tidak laku. Sudah 5 hari ini sapi saya belum ada yang beli," ujar dia.
Menurut Kirin warga nampaknya sudah mulai khawatir dengan adanya penyebaran antraks tersebut. Terbukti banyak pedagang yang mengeluh sapi yang dibawanya susah laku. Mereka terpaksa membawa kembali ke rumah sapi-sapi dagangannya.
Dua sapi yang ia miliki bahkan juga sudah ia coba jual di Pasar Hewan Semanu, namun juga belum laku. Pengunjung yang hadir di pasar Sapi mengaku enggan membeli sapi karena khawatir antraks. Pengunjung lebih banyak hanya melihat-lihat sapi yang ada.
Baca Juga:Antraks Jangkiti Ternak di Gunungkidul, Penjual Daging Sapi Tak Terdampak
"Saya bawa dua sapi saja belum laku. Kemarin tak bawa ke Munggi juga ndak ada yang beli. Bukannya untung, yang ada malah tombok," ungkap dia.
Tak hanya sepi, harga sapi juga langsung anjlok usai ada kabar antraks melanda Gunungkidul. Sapi-sapi besar yang diperdagangkan di pasar hewan siyono Harjo tersebut mengalami penurunan rata-rata antara Rp 1 juta hingga Rp2.000.000 per ekor
"Saya mulai merasakan harga sapi turun dua pekan yang lalu atau ketika kasus antraks di Kapanewon Gedangsari mencuat ke publik," ungkap dia.
Hal yang sama juga dirasakan Subari, pedagang ternak dari Karangmojo. Ia datang hanya sekedar memantau harga ternak. Di rumah ia masih memiliki tiga ekor sapi untuk dijual. Namun karena ada kabar ternak di Kapanewon Gedangsari dan Ponjong terkena antraks, ia tidak membawa hewan dagangannya.
"Ya kalau ada antraks pasti sulit sapi itu laku. Saya ke sini hanya lihat-lihat,"ungkap dia.
Baca Juga:Dua Kalurahan di Gunungkidul Masuk Zona Merah Penyebaran Antraks
Subari menambahkan, berdasarkan pantauannya harga hewan ternak khususnya sapi, penurunan mencapai Rp. 2juta. Menurutnya banyak peternak yang mulai menjual ternaknya sebelum harganya anjlok.