43 Pasangan di Jogja Hamil di Luar Nikah Pada 2021, Paling Banyak Warga Kemantren Ini

Kepala DP3AP2KB Kota Yogyakarta Edy Muhammad mengungkapkan, terdapat 92 jiwa dari 46 pasangan yang mengajukan dispensasi pernikahan.

Eleonora PEW | Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 16 Februari 2022 | 22:15 WIB
43 Pasangan di Jogja Hamil di Luar Nikah Pada 2021, Paling Banyak Warga Kemantren Ini
Kepala DP3AP2KB Kota Yogyakarta Edy Muhammad (ketiga dari kiri) menjabarkan angka pernikahan dini yang terjadi di Kota Jogja, saat jumpa pers di kantor Diskominfo dan Persandian, Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Rabu (16/2/2022). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogyakarta menjabarkan dari 46 pasangan anak usia dini terdapat 43 pasangan di bawah umur yang tercatat mengajukan dispensasi pernikahan karena hamil di luar nikah. Dari jumlah tersebut warga di kemantren Gedongtengen yang banyak mengajukan dispensasi pernikahan pada 2021 lalu.

Kepala DP3AP2KB Kota Yogyakarta Edy Muhammad mengungkapkan, terdapat 92 jiwa dari 46 pasangan yang mengajukan dispensasi pernikahan. Namun sebanyak 69 jiwa adalah warga Jogja.

"Jika dilihat dari data yang kami himpun, 69 orang ini baik laki-laki dan perempuan yang merupakan warga asal Kota Jogja. Pernikahan anak usia dini rata-rata berusia 15-18 tahun," ujar Edy saat jumpa pers di kantor Diskominfo dan Persandian, Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Rabu (16/2/2022).

Kemantren Gedongtengen tercatat sembilan warga atau anak di bawah umur yang mengajukan dispensasi pernikahan.

Baca Juga:Pernikahan Dini di Kota Jogja Capai 46 Pasangan pada 2021, 43 Hamil di Luar Nikah

"Gedongtengen yang cukup banyak mengajukan dispensasi ini. Jika dirinci lagi kelurahan Pringgokusuman yang paling banyak dengan jumlah lima orang, empat sisanya tersebar di kelurahan lain di Gedongtengen," kata dia.

Pada urutan selanjutnya yang paling banyak adalah Kemantren Danurejan, Gondokusuman, Kotagede, Ngampilan dan Tegalrejo. Dengan jumlah masing-masing tujuh warga.

Dari 14 kemantren di Kota Pelajar, Kemantren Pakualaman tidak ada permohonan warga untuk membuat dispensasi pernikahan anak di bawah usia.

Disinggung jumlah pengajuan dispensasi pernikahan di Gedongtengen lebih banyak karena dekat dengan wilayah lokalisasi di Jogja, Edy tak bisa memastikan.

"Kalau itu kita tidak bisa menyimpulkan. Terjadinya pernikahan dini juga karena banyak faktor. Jadi tidak bisa disebut karena satu hal saja," ujar dia.

Baca Juga:Profil Farida Nurhan, Food Vlogger yang Blak-blakan Hamil di Luar Nikah

Adanya pembatasan kegiatan masyarakat sejak pandemi dan intensitas anak dalam bermain gawai, kata Edy merupakan salah sekian pemicunya.

"Pertama gadget ini, kami sudah melakukan upaya untuk mengajak anak-anak tak terlalu fokus terhadap gadget. Kami akui kondisi saat ini memang sulit dan perlu peran lingkungan termasuk orang tua. Selain itu adanya kerjasama dan juga forum anak kami dorong untuk memberi sosialisasi terhadap bahaya dari pernikahan dini," katanya.

Sebelumnya diberitakan, sebanyak 46 pasangan anak di bawah umur mengajukan permohonan dispensasi pernikahan pada 2021. Sebanyak 43 pasangan beralasan karena hamil duluan.

Menurut Panitera Muda Permohonan Pengadilan Agama (PA) Yogyakarta, Titik Handriyani alasan anak mengajukan dispensasi pernikahan karena calon istri sudah dalam keadaan hamil. Bahkan ada yang baru mengajukan dispensasi dengan kondisi sudah melahirkan bayi baru.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak