Lewat Jayapatra, Keraton Yogyakarta Hadirkan Bukti Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949

Pameran kali ini diharapkan membuat masyarakat bisa mendapatkan informasi tepat bagaimana Yogyakarta akhirnya menjadi daerah istimewa.

Eleonora PEW
Selasa, 08 Maret 2022 | 17:15 WIB
Lewat Jayapatra, Keraton Yogyakarta Hadirkan Bukti Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949
Penghageng Nityabudaya Keraton Yogyakarta GKR Bendara menyampaikan paparan tentang Pameran Jayapatra di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Selasa (08/03/2022). - (Kontributor SuaraJogja.id/Putu)

SuaraJogja.id - Dalam rangka memperingati Jumenengan atau kenaikan tahta Sri Sultan HB X ke-33, Keraton Yogyakarta menggelar Pameran Jayapatra. Pameran digelar di Pagelaran Keraton selama empat bulan kedepan mulai Selasa (08/03/2022).

Dalam pameran ini, dihadirkan beragam arsip dan bukti sejarah peran Keraton Yogyakarta dan masyarakat dalam dinamika politik nasional. Mulai dari kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, Amanat 5 September 1945, pemindahan ibukota negara ke Yogyakarta, Agresi Militer Belanda II hingga Serangan Umum 1 Maret 1949 yang baru saja ditetapkan sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara melalui Keputusan Presiden (kepres) RI Nomor 2 Tahun 2022.

"Dalam pameran ini, kami mengunggah lagi sejarah perjalanan bagaimana Yogyakarta, tidak hanya keraton tapi tokoh-tokoh di yogyakarta yang memiliki jasa besar terhadap Indonesia," ungkap Penghageng Nityabudaya, divisi keraton yang berwenang atas museum dan kearsipan, GKR Bendara dalam pembukaan pameran, Selasa Siang.

Menurut putri bungsi Sri Sultan tersebut, dalam arsip yang dipamerkan, Keraton menghadirkan peran vital keraton dan masyarakat dalam berbagai sektor selama perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam bidang pendidikan misalnya, Keraton merintis pendidikan berbasis budaya melalui sekolah tamanan. Bahkan Sri Sultan HB IX mengizinkan Keraton jadi ruang belajar UGM.

Baca Juga:Memandang Serangan Umum 1 Maret dari Perspektif Taktis Kedua Belah Pihak

Perjalanan peristiwa SU 1 Maret 1949 sebagai penada kedaulatan NKRI melawan agresi militer Belanda pun dihadirkan dalam pameran kali ini. Peran Sri Sultan HB IX dalam peristiwa serangan para gerilyawan selama enam jam untuk menunjukkan kedaulatan bangsa Indonesia kepada dunia turut ditampilkan.

"Kebanyakan yang dipamerkan memang arsip karena ini perjalanan sejarah, arsip sejarah. Begitu banyaknya arsip yang menandai perjalanan sejarah," paparnya.

Bendara menambahkan, pameran kali ini diharapkan membuat masyarakat bisa mendapatkan informasi tepat bagaimana Yogyakarta akhirnya menjadi daerah istimewa. Sebab banyak generasi muda yang tidak mengetahui sejarah Yogyakarta.

"Beragam bukti sejarah yang dipamerkan kali ini kami bawakan agar masyarakat tahu kenapa yogya menjadi daerah istimewa," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Baca Juga:Sejarawan UGM Sebut Keppres 2/2022 Tidak Menghilangkan Peran Soeharto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini