SuaraJogja.id - Kunjungan wisatawan di momen libur lebaran kali ini menyisakan masalah klasik yakni macet. Hal ini seperti diungkap oleh salah seorang netizen yang menunjukkan pantauan di google maps di mana sejumlah ruas jalan berwarna merah pertanda macet total.
Seperti diketahui, tahun ini pemerintah menentapkan libur lebaran pada tanggal 2-3 Mei, kemudian pada tanggal 29 April dan 4-6 Mei ditetapkan sebagai cuti bersama.
Adanya libur panjang saat lebaran ini, berimbas pada macetnya beberapa ruas jalan karena padatnya pemudik bercampur wisatawan yang berdatangan. Salah satunya di wilayah sekitar Jogja dan Jalan Kaliurang.
Kemacetan jalan di wilayah Kota Jogja maupun Jakal ini dapat terpantau melalui aplikasi Google Maps.
Baca Juga:Angin Puting Beliung Robohkan 2 Rumah di Jogja, Atap Beterbangan dan Pohon Tumbang
Jalan-jalan menuju pusat wisata seperti Taman Sari, jalan menuju Titik 0 Jogja, Malioboro, Tugu, hingga ruas jalan di Jalan Kaliurang mengalami macet total.
Melalui unggahan dari netizen di Twitter bernama @haniekaz pada Kamis (5/5/2022) kemarin, dapat dilihat beberapa rute jalan menuju area wisata di Kota Jogja dan Jakal yang macet total.
Tampak ia mengunggah beberapa foto tangkap layar berisi jalan-jalan yang macet melalui Google Maps.
Dalam gambar yang ia unggah, tampak rute jalan di wilayah sekitar Kota Jogja dan Jakal yang berwarna merah, ini menandakan jika kondisi lalu lintas pada jalan tersebut padat.
Selain mengunggah foto rute jalan yang macet bahkan ada beberapa yang menunjukkan area sibuk, ia juga menuliskan kritikan kepada pemerintah setempat untuk memperbaik sistem transportasi umum yang ada di Kota Jogja.
Hal ini untuk menghindari adanya kemacetan parah akibat membludaknya para pemudik yang datang ke Jogja ataupun sekitarnya.
Laki-laki ini juga mengungkapkan bahwa sebelum Tol Bawen-Jogja, Solo-Jogja, Bandung-Jogja jadi, pemerintah harus segera memperbaiki sistem mobilitas yang ada di Kota Jogja dan sekitarnya.
"Gilak! Kota ini harus bener2 diperbaiki sistem mobilitasnya sebelum tol bawen-jogja, solo-jogja, bandung-jogja jadi. It would be scariest traffic deadlock ever [Ini akan jadi kemacetan lalu lintas yang paling menakutkan yang pernah ada]," ungkapnya melalui utas yang ia buat.
Kemudian, ia juga mengungkapkan rasa kasihannya kepada wisatawan yang mengalami kemacetan parah di Jogja yang sering kali malah diromantisasi.
Hani Eka kemudian kembali mengungkapkan, terlepas dari masalah libur panjang dan wisatawan yang membludak, masalah penyediaan transportasi umum yang baik memang sudah menjadi syarat untukkota yang layak dihuni.
"Kasian jadi wisatawan ke jogja. Niatnya pengen rekreasi yang 'romantis' kayak di internet2, tapi waktu di jogja malah tua di jalan. Tapi terlepas dari soal masalah liburan dan wisatawan ini, menyediakan sistem transportasi yg baik udah jadi syarat wajib livable city sih," tegasnya.
Utas yang dibuat oleh @haniekaz pada Jumat (06/05/22) ini menuai pro dan kontra dari netizen di Twitter.
Beberapa komentar netizen yang kontra.
"Rasah request sek aneh2, ng kene ki nrimo ing pandumb," tulis netizen.
"Lebay jenenge riyoyo yo maklum macet minggu ngarep lak yo wes ora, koyo Ra tau bodo ae [Lebay namanya juga hari raya, ya maklum macet, minggu depan pasti sudah tidak, seperti tidak pernah lebaran saja]," tulis netizen lain.
"Semua wajar karena Jogja tujuan wisata, kami sdh berdamai dg keadaan seperti ini," ungkap netizen.
"Oralah, ngopo. Macet ki romantis og. Marai kangen jogja jare. Yang penting kotanya indah dan cantik dan ngangeni. Nek macet yo urusanmu," ungkap netizen lainnya.
Beberapa komentar yang pro dengan kritik perbaikan sistem mobilitas.
"Jogja Macet sudah lama koq mas, dulu bahkan lebih parah, cuma 2 tahun ini ada pandemi jadi jalanan lebih lenggang. Sebaiknya transportasi publik diperbaiki, jadi wisatawan yg ke Jogja cukup parkir kendaraan pribadi di hotel, kesana kemari pakai transportasi publik," kata netizen.
"Dibahas klitih ngamuk2, dibahas macet ga terima, digetok harga malah nyalahin wisatawan, mungkin terlalu nikmat dg status "daerah istimewa" sehingga apapun kekurangannya yaa dianggap ga ada, dimaklumi, atw diromantisasi pake angkringan, andong, dan malioboro," tulis netizen.
"Twit ini bener. Sama kaya kota2 lain yang kalo weekend/liburan rame, sebagai orang jogja aku juga seneng kalo ada perbaikan sistem lebih baik. Yang aku heran kenapa ga sedikit orang jogja yang suka marah tiap ada kritik tentang apapun biar kotanya lebih baik," kata netizen.
Kontributor SuaraJogja.Id: Dita Alvinasari