SuaraJogja.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengamati masih adanya perubahan morfologi kubah lava di Gunung Merapi. Kondisi itu ditunjukkan pada penambahan ketinggian kubah lava di sektor barat daya.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan perubahan tersebut tercatat pada pengamatan dalam sepekan terakhir yakni 6-12 Mei 2022.
"Pada kubah barat daya teramati penambahan ketinggian kubah sekitar kurang lebih 2 meter. Untuk kubah tengah tidak teramati adanya perubahan morfologi yang signifikan," kata Hanik, Sabtu (14/5/2022).
Disampaikan Hanik, berdasarkan analisis foto volume kubah lava barat daya terhitung sebesar 1.551.000 meter kubik. Sedangkan untuk kubah tengah lebih besar yakni mencapai 2.582.000 meter kubik.
Baca Juga:Kunjungi Sleman, Kepala BNPB Apresiasi Teknik Pengungsian Hewan Ternak di Kawasan Merapi
Selain perubahan morfologi ketinggian kubah lava, kata Hanik, aktivitas gunung api di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu masih cukup aktif. Ditunjukkan dengan sejumlah awan panas dan guguran lava.
"Pada minggu ini terjadi 2 kali awanpanas guguran ke arah barat daya tepatnya ke hulu Sungai Bebeng dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter," ujarnya.
Sedangkan untuk guguran lava sendiri tercatat lebih banyak yakni mencapai 92 kali dalam sepekan terakhir. Luncuran lava tersebut didominasi ke arah barat daya atau menuju ke Sungai Bebeng dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter.
"Intensitas kegempaan pada minggu ini masih cukup tinggi," imbuhnya.
Hanik menyampaikan untuk deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM pada minggu ini menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 1,2 cm per hari.
Baca Juga:Gunung Merapi Alami 96 Gempa Guguran, Ini Daftar Kawasan Mungkin Bisa Berdampak
Intensitas curah hujan di wilayah puncak pun masih kerap terjadi. Tercatat intensitas curah hujan itu sebesar 111 mm per jam selama 85 menit di Pos Kaliurang dan dilaporkan adanya penambahan aliran di Sungai Boyong pada tanggal 10 Mei 2022 kemarin.
Diketahui bahwa status Gunung Merapi masih ditetapkan pada tingkat Siaga atau Level III. Status itu sudah berlangsung sejak 5 November 2020 lalu.
"Aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga," tegasnya.
Sedangkan gunung api yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu memasuki fase erupsi sejak tanggal 4 Januari 2021. Saat itu ditandai dengan munculnya kubah lava di tebing puncak sektor barat daya dan di tengah kawah.
Hanik menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km. Lalu untuk Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya, mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," pungkasnya.