Bagong salah satu pedagang hewan ternak (blantik) di pasar Siyonoharjo mengaku bingung dengan kebijakan penutupan tersebut. Karena mereka kesulitan menjual dagangan yang sudah terlanjur memiliki hewan.
"Kalau ditutup kami rugi, padahal dagangan itu barang hidup. Butuh diberi makan,"papar dia, Kamis.
Mereka juga harus menanggung biaya pakan sehari-hari agar hewan ternak yang ada bisa tetap terjaga berat badannya. Dia sendiri mengaku harus mengeluarkan biaya pakan sehari rata-rata Rp 50 ribu perekor sapi.
Di samping tidak bisa menjual barang dagangannya, mereka juga kesulitan memenuhi pesanan. Ia sendiri sudah mendapat pesanan dari Bandung sebanyak 1 rit truk Fuso yang diperkirakan mencapai 70-80 sapi dan ratusan kambing.
Sebenarnya saat ini ia sudah mendapat sekitar 15 ekor sapi namun sapi tersebut tidak bisa keluar. Mereka harus menjalani karantina terlebih dahulu selama 2 minggu. Sehingga ia harus menyewa kandang untuk karantina dan mengeluarkan biaya ekstra untuk pakan.
Kepala Dinas Perdagangan Gunungkidul, Kelik Yuliantoro mendatangi para pedagang dan meminta mereka untuk membawa pulang hewan-hewan ternak tersebut. Karena pasar ditutup dan pihaknya tengah melakukan penyemprotan desinfektan atau sterilisasi di dalam pasar. Tujuannya agar pasar hewan bisa lebih steril dan aman.
"Ini terpaksa kami lakukan agar nanti pas Idul Adha semuanya aman,"imbaunya.
Kontributor : Julianto
Baca Juga:56 Ternak di Gunungkidul Alami Gejala PMK, Tersebar di Berbagai Kapanewon