"Pernah memang suatu kali ada ribut-ribut karena salah satu mahasiswa berulah. Setelah dilihat, ternyata mereka ribut itu karena teman-temannya sedang menasihati dan memberi tahu si pelaku agar tak mengulangi perbuatannya," tuturnya.
Ia tak menampik bahwa warga Tambakbayan juga terkadang diliputi ketakutan saat konflik pecah. Apalagi seperti beberapa hari lalu, sampai merusak pohon, membakar bangunan serta motor. Sebuah kengerian yang nyata, suasana tak lagi setenang dulu.

"Siapa tahu larinya malah ke sini kan," keluhnya.
Konflik antarkelompok juga sempat membuat warga di tempat tinggalnya takut keluar malam. Tepatnya kejadian cekcok antar pihak-pihak berselisih paham, karena sama-sama enggan mengalah saat berkendara di jalan.
Baca Juga:Polisi Tetapkan Dua Tersangka Dalam Kasus Penganiayaan di Jambusari, Semua DPO
Kasus itu berakhir dengan penusukan di Jalan Seturan, Minggu (8/5/2022) dini hari. Akibat bentrokan itu, dua orang meninggal dunia akibat kena tusukan senjata tajam.
Ia berharap ada ketegasan dari pihak-pihak terkait atas situasi mencekam yang kerap terulang ini.
Jangan ada lagi masalah sepele yang sebetulnya masih bisa diselesaikan baik-baik, malah jadi masalah yang memicu pertikaian besar.
"Kalau ada oknum yang hanya bikin onar, dipulangkan saja ke daerah asalnya. Tapi yang benar-benar ingin sekolah di Jogja, ya tidak apa-apa di Jogja," pintanya.
Kalau warga padukuhan Tambakbayan yang lain, seperti Andi Wibowo justru bingung.
Baca Juga:Soroti Bentrok di Babarsari, DPRD DIY Desak Pelaku Segera Diproses Hukum
Ia bingung kenapa Babarsari kerap disebut sebagai lokasi peristiwa berdarah konflik antar kelompok. Padahal tempat kejadian perkara bukan di Babarsari.