Dari hasil pengecekan yang mereka lakukan Senin sore kemarin, proyek pembangunan IPAL Lindi tersebut nampaknya sudah selesai. Terlebih alat berat yang digunakan juga sudah berangsur pergi.
Yang ada tinggal aktivitas pembangunan TPST Transisi di lahan yang belum lama dibebaskan oleh Pemerintah DIY beberapa waktu lalu.
"Saya kira sudah selesai. Alat beratnya sudah dibawa pergi," ujar dia.
Dengan selesainya proyek pembangunan IPAL Lindi tersebut ia berharap agar limbah cair yang dialirkan ke sungai sudah tidak berbahaya lagi. Selama ini, lanjut dia, air lindi memang menjadi salah satu hal yang serius mencemari lingkungan TPST Piyungan.
Baca Juga:Profil TPST Piyungan, Muara Sampah di Yogyakarta yang Menggunung Tak Terkelola
Kondisi semakin parah ketika di musim penghujan, karena cairan lindi yang dihasilkan semakin banyak dan menimbulkan bau. Sumur-sumur warga banyak yang tercemar dan kini tidak sedikit yang dibiarkan begitu saja karena pencemaran tersebut.
"Sumur-sumur warga dan juga saluran irigasi di seputaran TPST Piyungan semuanya tercemar. Ini tentu sangat mengganggu kami, hidup menjadi tidak sehat," terang dia.
Herwin menambahkan banyak sumber mata air sudah tidak bisa digunakan lagi karena parahnya pencemaran air lindi. Sehingga penanganannya menjadi salah satu poin tuntutan masyarakat saat melakukan aksi penutupan TPST tersebut. Dan pengolahan lindi tersebut sudah menjadi salah satu dari kesepakatan karena memang dampaknya cukup serius.
Dan untuk memastikan kondisi IPAL berjalan sesuai dengan harapan, maka pihaknya akan secara rutin melakukan pengecekan ke lokasi IPAL tersebut. Kemungkinan besar dalam seminggu atau dua kali mereka akan mendatangi lokasi IPAL tersebut.
"Jika kemudian pemerintah ternyata ingkar janji tidak menepati kesepakatan yang telah tercapai, maka tidak menutup kemungkinan kami akan kembali turun ke jalan," tandasnya.
Baca Juga:Nenek di Piyungan Jadi Korban Kejahatan Jalanan, Helmnya Dipukul Hingga Pecah Saat Antar Dagangan
Kontributor : Julianto