Ibu Siswi yang Dipaksa Gunakan Jilbab di SMAN 1 Banguntapan Curhat ke ORI

Yanti bercerita pada Selasa 26 Juli 2022 lalu anaknya menelepon tanpa suara. Dalam telepon tersebut hanya terdengar tangisan.

Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 03 Agustus 2022 | 21:07 WIB
Ibu Siswi yang Dipaksa Gunakan Jilbab di SMAN 1 Banguntapan Curhat ke ORI
Suasana SMAN 1 Banguntapan. [Kontributor / Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Ibu siswi korban dugaan pemaksaan penggunaan jilbab di SMAN 1 Banguntapan akhirnya buka suara. Herprastyanti Ayuningtyas pun mengirim email atau surat elektronik ke Kantor Ombudsman Indonesia (ORI) Perwakilan DIY.

Dalam surat tersebut, Yanti menyampaikan pembelaannya pada anaknya yang dipaksa mengenakan pakaian keagamaan di sekolah negeri. Bahwa tutorial yang disampaikan pihak sekolah alih-alih pemaksaan tidaklah benar.

"Iya [ibu korban] kirim email ke kami,"ujar Ketua ORI Perwakilan DIY, Budi Masturi, Rabu (3/8/2022) petang.

Dalam surat tersebut, Yanti mengungkapkan puterinya trauma dan sedih akibat tekanan yang diterimanya. Padahal dia hanya berusaha memperjuangkan hak dan prinsipnya.

Baca Juga:Temuan ORI Soal Kasus Siswi Dipaksa Pakai Jilbab: Semua Model Seragam Berjilbab dan Ada Pungutan

"Putri saya adalah anak yang jadi perhatian media di sekolah di SMAN 1 Banguntatapan, Bantul. Bagi kami orang tuanya, dia bukan anak yang lemah atau bermasalah. Dia terbiasa dengan tekanan. Saya dan ayahnya bercerai namun kami tetap bersama mengasuh anak kami. Dia atlit sepatu roda. Dia diterima di SMAN1 Banguntapan 1 sesuai prosedur," jelasnya.

Yanti bercerita pada Selasa 26 Juli 2022 lalu anaknya menelepon tanpa suara. Dalam telepon tersebut hanya terdengar tangisan.

Yanti pun mengecek WhatsApp miliknya. Si anak menyampaikan ingin pulang. Ayahnya memberitahu bila dari informasi guru, puterinya sudah satu jam lebih berada di kamar mandi sekolah.

"Mama aku mau pulang, aku ga mau di sini. Saya segera jemput anak saya di sekolah. Saya menemukan anak saya di Unit Kesehatan Sekolah dalam kondisi lemas. Dia hanya memeluk saya, tanpa berkata satu patah kata pun. Hanya air mata yang mewakili perasaannya," tandasnya.

Yanti mengungkapkan, awal sekolah dia pernah bercerita di sekolah puterinya diwajibkan mengenakan jilbab, baju lengan panjang, rok panjang. Putrinya pun memberikan penjelasan kepada sekolah, termasuk wali kelas dan guru Bimbingan Konseling (BK) bila dia tidak bersedia.

Baca Juga:Tindaklanjuti Kasus Dugaan Paksa Pakai Jilbab Terhadap Siswi SMA di Bantul, ORI DIY Bakal Panggil Guru BK

Puterinya pun akhirnya terus mendapatkan pertanyaan kenapa tak mau mengenakan jilbab. Saat dipanggil ke ruang guru BK pun, salah seorang guru mengenakan jilbab di kepala anaknya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak