"Dan pesan damai yang tadi disampaikan terus-menerus, harapannya suporter Gadjah Mada menjadi suporter yang produktif, bukan yang kontraproduktif dan menjunjung tinggi nilai ke-UGM-an, harga diri dan martabat dari masing-masing suporter," tandasnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni UGM, Arie Sujito mengatakan, doa bersama jelang pelaksanaan Porsenigama itu dimaksudkan sebagai pengingat. Selain mendoakan agar keluarga yang ditinggalkan para korban tragedi Kanjuruhan bisa mendapatkan ketabahan, juga berdoa agar peristiwa nahas itu tidak terulang lagi.
"Itu menjadi cara untuk mengingatkan kita, bahwa hiburan itu jangan sampai terjebak menjadi horor. Kita dorong kreativitas, sportivitas. Dengan seperti itu orang jadi tahu, bahwa olahraga itu untuk membangun kemartabatan dan keberadaban," tegasnya.
Arie meyakini bahwa apa yang disampaikan mahasiswa saat refleksi sore ini adalah sebagai bagian dari komitmen dan keprihatinan atas kasus di Kanjuruhan. Di sisi lain juga berharap agar kejadian itu tidak terulang lagi di berbeda tempat.
Kontributor : Uli Febriarni