SuaraJogja.id - Senior Partai Golkar Akbar Tanjung membuat pernyataan mengagetkan di acara peresmian Monumen Tritura 66 yang direlokasi ke Taman Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2022) kemarin. Ia mengatakan Calon Presiden Anies Baswedan punya peluang yang kuat untuk menjadi presiden di tahun 2024.
"Peluang beliau di Pemilu 2024 yang akan datang sangat kuat untuk menjadi Presiden," katanya.
Menurut Akbar, Anies merupakan orang yang pintar dan seorang akademisi yang memiliki suatu pemikiran jauh ke depan tentang pembangunan Indonesia.
"Beliau tepat menjadi Gubernur dan lebih tepat lagi bahwa beliau akan menjadi Presiden," kata Akbar Tanjung.
Baca Juga:Akbar Tanjung Disebut Dukung Anies Baswedan, Golkar Riau Klaim Tetap Solid
Namun, Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia mengatakan pernyataan Akbar Tanjung soal Anies hanya sebatas ucapan selamat. Sebab, Akbar Tanjung masih memegang keputusan Musyawarah Nasional (Munas) dan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Golkar yang memutuskan Airlangga Hartarto sebagai calon presiden.
Terlepas dari pernyataannya tersebut, berikut rangkuman siapa sosok Akbar Tanjung ini yang sempat terseret kasus korupsi yang dikenal dengan Bulog Gate ini.
1. Tempat Kelahiran
Akbar Tanjung lahir di Sibolga, Sumatera Utara tanggal 14 Agustus 1945. Untuk pendidikan, Akbar Tanjung bersekolah di SR (Sekolah Rakyat) Muhammadiyah, Sorkam, Tapanuli Tengah dan di SR Nasrani, Medan.
Kemudian ia pindah ke Jakarta, lalu bersekolah di SMP Perguruan Cikini dan SMA Kanisius. Setelah itu, berkuliah di Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Baca Juga:Nyatakan Dukung Anies Jadi Capres, DPP Golkar Tetap Yakin Akbar Tanjung Tak Akan Berkhianat
2. Karir Politik
Di karir politik, Akbar Tanjung menjadi politikus besar yang memiliki perjalanan karir politik gemilang bersama Partai Golkar. Ia pernah menjabat kursi ketua DPR RI di era Pemerintahan Megawati Soekarno Putri periode 1999-2004. Tahun 1998-2004, ia menjabat sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar.
Di Universitas Indonesia, ia terpilih menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik pada tahun 1967-1968. Tahun 1973, ia ikut mendirikan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Lalu, pada tahun 1978-1981, ia menduduki posisi sebagai Ketua Umum DPP KNPI.
Selanjutnya, menduduki anggota FKP DPR RI mewakili Propinsi Jawa Timur (1977 -1988), Wakil Sekretaris FKP DPR RI (1982-1983), Sekretaris FKP-MPR RI, Anggota Badan Pekerja MPR RI (1987-1992).
Tahun 1983 sampai 1988, Akbar pernah menduduki posisi Wakil Sekretaris Jenderal DPP Golkar. Pernah menjabat Menteri Negara Pemuda dan Olahraga dari 1988 hingga 1993. Sekretaris FKP MPR RI, Anggota Badan Pekerja MPR RI (1992-1997). Menduduki Menteri Negara Perumahan Rakyat, Kabinet Pembangunan VI tahun 1993-1998.
Kemudian, menjabat Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999). Lalu, Wakil Ketua Fraksi FKP MPR RI, Wakil Ketua PAH II Badan Pekerja MPR RI (1997 -1999). Wakil Ketua FKP MPR RI (1997-1998).
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI (1999-2004). President of AIPO (Asean Inter Parliamentary Organization) (2002 -2003). President of PUOICM (Parliamentary Union of OIC Members) (2003 -2004)
3. Penghargaan
Meski pernah terlibat kasus korupsi, Akbar Tanjung akhirnya diputus tak bersalah di tingkat kasasi. Dirinya sempat mendapat berbagai penghargaan, diantaranya:
Petama, Bintang Mahaputra Adi Pradana dari Pemerintah Republik Indonesia (1992).
Kedua, Kruis in de Orde van Oranje-Nassau dari Pemerintah Kerajaan Belanda (1996).
Ketiga Bintang Republik Indonesia dari Pemerintah Republik Indonesia (1998).
Kontributor : Ismoyo Sedjati