“Saya selalu menjaga resep tradisional jamu Indonesia, jadi saya tidak pakai bahan-bahan kering. Saya pakai jahe, temulawak yang segar,” kata pria yang sempat tinggal di Solo, Jawa Tengah, untuk mendalami jamu itu.
Naofumi juga mengaku selalu merasakan dan mengecek terlebih dahulu rasa dan kualitas jamu yang ia buat sebelum dijual.
Untuk cita rasa jamu, lanjut dia, lebih disesuaikan kepada selera orang Jepang pada umumnya yang lebih menyukai rasa manis.
“Karena saya orang Jepang, jamunya sedikit lebih manis daripada jamu Indonesia karena orang-orang Jepang terbiasa makanan camilan manis dan rasa manis ini bisa diterima oleh mereka,” katanya.
Baca Juga:Ahli Botani dan Ekologi Tumbuhan Jepang Jadikan Jamu Tradisional Indonesia Sebagai Obat Alternatif
Ke depannya, Naofumi berharap bisa mendirikan pabrik jamu di Indonesia yang bisa mengekspor jamu ke Jepang.
Dia mengaku tidak tertarik untuk berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan jamu yang sudah tersohor di Indonesia karena mereka menggunakan bahan-bahan dan menjual jamu kering atau bubuk.
“Saya ingin membuat jamu yang segar, jadi di masa yang akan datang saya ingin mengenalkan jamu gendong ke orang-orang Jepang,” katanya.
Saat ini, Naofumi masih menjual produk jamu di sebuah toko di Tokyo dan belum berminat untuk menjual secara daring. [ANTARA]
Baca Juga:Mengapa Orang Jepang Suka Makan Nasi?