Mengulik Sejarah Bir Pletok dan Martabak Lewat Teater Dokumenter Lidah Pem(ng)ikat Bangsa

teater Lidah Pem(ng)ikat Bangsa bakal pentas di Kedai Kebun Forum 10-11 Februari 2023.

Galih Priatmojo
Sabtu, 04 Februari 2023 | 16:41 WIB
Mengulik Sejarah Bir Pletok dan Martabak Lewat Teater Dokumenter Lidah Pem(ng)ikat Bangsa
Para aktor menampilkan teaser teater “Lidah Pem(ng)ikat Bangsa” di Yogyakarta, Jumat (03/02/2023) malam. [Kontributor/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Indonesia dikenal memiliki ragam kuliner dari Sabang hingga Merauke. Tak hanya kuliner tradisional,  akulturasi antardaerah atau bahkan pengaruh negara lain sejak zaman kolonial melahirkan menu-menu baru dan menjadi produk kebudayaan juga bisa bermanfaat sebagai alat diplomasi dari masa ke masa.

Catatan sejarah ini membuat sutradara Teater Dokumenter, Verry Handayani bersama Forum Aktor Yogyakarta menggarap pertunjukan teater dokumenter bertajuk “Lidah Pem(ng)ikat Bangsa”. 

Teater yang akan dipentaskan di Kedai Kebun Forum 10-11 Februari 2023 besok ini menampilkan pertunjukan teater ini yang menggunakan dokumen sejarah, arsip, reportase surat kabar, dan verbatim sebagai sumber utama penulisan cerita sejarah kuliner Nusantara.

“Kebudayaan kita tumbuh, salah satunya melalui kuliner. Inilah Indonesia, surganya ragam kuliner dengan aneka rempah-rempah yang menjadi salah satu kekayaan Indonesia," papar Verry dalam teaser “Lidah Pem(ng)ikat Bangsa” di Yogyakarta, Jumat (03/02/2023) malam.

Baca Juga:Pendiri Teater Koma Nano Riantiarno Meninggal Dunia, Istri Sampaikan Kabar Duka Lewat Instagram Story

Pentas teater dokumenter ini, menurut Verry sebagai upaya mengenalkan akulturasi kuliner yang muncul seiring berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebut saja sejarah munculnya Bir Pletok, Wedang Ronde, Gado-gado, Martabak hingga Lontong Cah Go Meh kepada penonton.

Tak sekedar pertunjukan, riset dilakukan bersama sejarawan untuk mendialogkan ragam kuliner tersebut yang dipentaskan. Sejarah kecil di balik menu hidangan hasil akulturasi disajikan ke panggung melalui akting lima aktor muda seperti Anggun Oktavia Mei Riasari, Dinarto Ayub Marandi, Muhammad Ramdan, Regina Gandes Mutiary, dan Sulaiman Gumilang.

Di panggung, mereka berdialog sambil memasak, membicarakan nilai kultural, dan implikasi politis yang dibawa oleh hidangan yang dipresentasikan selama sejam. Selain mendapatkan kesan visual dan emosional, sensasi aroma masakan dihadirkan di atas panggung serta lidah penonton akan diajak mencicipi kuliner akulturasi.

“Karya ini bisa menjadi bagian dari mengenalkan kuliner nusantara dengan cara yang berbeda, melalui panggung pertunjukan," tandasnya.

Verry mencontohkan, jejak akulturasi budaya yang terjadi di Selat Malaka pada abad ke-8 pedagang Arab mengambil alih perdagangan rempah dan abad ke-16 Portugis membangun pusat dagang ditampilkan dalam pentas. Juga pedagang Cina yang ikut kapal-kapal mengikuti rute jalur rempah, singgah ke Nusantara mengenalkan kecap, tahu dan mengolah makanan dengan digoreng. Citarasa Eropa juga melebur dengan selera orang Jawa dalam sepiring selat solo.

Baca Juga:Dunia Teater Berkabung, Nano Riantiarno Meninggal Dunia

“Semoga karya ini bisa menjadi bagian dari mengenalkan kuliner nusantara dengan cara yang berbeda, melalui panggung pertunjukan," jelasnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak