SuaraJogja.id - Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar konsultasi publik soal “Penggunaan Sistem Informasi untuk Deteksi Dini Konflik Manusia-Gajah”. Acara tersebut digelar di Hotel Odua Weston, Jambi, Senin (20/2/2023) hingga Selasa (21/2/2023).
Kegiatan diawali Talkshow bertajuk “Peluang dan Tantangan Upaya Konservasi Gajah di Provinsi Jambi”. Turut hadir Dr. Badi’ah, S.Si., M.Si. selaku Kepala Sub Direktorat Pengawetan Spesies dan Genetik dan Ir. Donal Hutasoit, M.E selaku Kepala BKSDA Jambi sebagai narasumber.
Dalam paparannya, Ibu Badi’ah mengatakan secara umum peran teknologi dan sistem informasi sangat membantu dalam pengumpulan data. “Terkhususnya dalam pengurangan konflik mitigasi antara manusia gajah,” ujarnya.
Dalam kesempatan konsultasi publik ini, UGM juga memperkenalkan sebuah sistem informasi bernama ‘Datuk Gedang’ yang saat ini telah dibuat. Namun, sistem ini masih dalam tahap pengembangan. Datuk Gedang merupakan sebuah sistem deteksi dini konflik manusia versus gajah di bentang alam Bukit Tigapuluh.
“Keberadaan dari sistem informasi diharapkan dapat memberikan data terkait keberadaan gajah dan antisipasi publik terhadap konflik manusia-gajah,” ujar Widiyatno, S.Hut., M.Sc., Ph.D selaku wakil dekan Fakultas Kehutanan UGM saat membuka acara.
Selain itu, sistem ini diharap dapat memfasilitasi partisipasi publik dalam melaporkan konflik atau keberadaan gajah di Bentang Alam Bukit Tigapuluh yang saat ini digunakan sebagai lokasi pengembangan. Pelibatan stakeholder, terutama BKSDA Jambi menjadi kunci penting dalam upaya pelaksanaan program ini dan upaya mitigasi secara keseluruhan.
“Perlu adanya kolaborasi antar pihak dan lembaga, baik pemerintah, instansi terkait, akademisi, ataupun mitra,” ucap Ir. Donal Hutasoit, M.E di sela-sela acara.
Kegiatan konsultasi publik ini dihadiri oleh para pihak yang bergerak dalam upaya konservasi gajah di Bentang Alam Bukit Tigapuluh. BKSDA Jambi, Dinas Kehutanan Jambi, Balai Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Universitas Jambi, Forest Program II, Pundi Sumatra, PT. Alam Bukit Tigapuluh, PT. Lestari Asri Jaya, PT. Wira Karyasakti, PT. Restorasi Ekosistem Indonesia turut hadir dalam kegiatan tersebut.
Dengan adanya konsultasi publik, diharapkan mampu memberikan gambaran detail mengenai pengembangan dan penggunaan Datuk Gedang yang akan memasuki tahap penyempurnaan.