Minat Warga Jogja Naik Transportasi Umum Rendah, Siro: Saya Kapok Nunggu Lama Pelayanan Payah

Sejumlah warga Jogja mengaku lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang transportasi umum karena pelayanannya yang tidak mumpuni.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 18 September 2023 | 13:50 WIB
Minat Warga Jogja Naik Transportasi Umum Rendah, Siro: Saya Kapok Nunggu Lama Pelayanan Payah
Bus Trans Jogja - (SUARA/Eleonora PEW)

"Kalau lihat rata-rata itu kan hanya 35 persen (yang menggunakan transportasi umum). Jadikan masih jauh itu. Maka kebijakan lain harus mendukung," ucapnya.

Menurutnya saat ini hampir seluruh elemen masyarakat masih memahami konsep transportasi seperti zaman dulu. Padahal dengan perkembangan zaman sekarang, konsep itu tidak lagi relevan.

"Maksudnya gini, untuk transportasi itu kan memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain, bukannya memindahkan kendaraan dari satu tempat ke tempat lain, tapi yang terjadi saat ini kan seperti itu," tuturnya.

"Kalau zaman dulu mungkin iya, karena untuk mendapatkan kendaraan bermotor itu saat dulu itu gak bisa dengan mudah waktu itu. Sekarang orang itu mudah sekali mendapatkan kendaraan bermotor," imbuhnya.

Baca Juga:Polisi Tangkap Dua Pelaku Pembuangan Bayi di Sleman, Ibu Bayi Merupakan Mahasiswi Jogja

Kondisi ini yang kemudian membuat pergeseran bisnis dalam transportasi publik. Saat ini, kata Sumariyoto, bahkan tak ada pihak swasta yang kemudian memutuskan untuk bisnis ke dalam transportasi publik.

"khususnya yang dalam trayek, karena dia tidak bisa berkompetisi secara sehat dengan privat," ungkapnya.

Sejumlah penumpang ikut uji coba rute Trans Jogja dari Terminal Condong Catur menuju Kaliurang, Jumat (17/09/2021). - (Kontributor SuaraJogja.id/Putu)
Sejumlah penumpang ikut uji coba rute Trans Jogja dari Terminal Condong Catur menuju Kaliurang, Jumat (17/09/2021). - (Kontributor SuaraJogja.id/Putu)

Sumariyoto menjelaskan tentang piramida terbalik dalam teori transportasi. Posisi teratas seharusnya ditempati oleh pejalan kaki, lalu disusul kendaraan tidak bermotor, publik transport dan di paling bawah kendaraan pribadi.

Namun sekarang keadannya justru terbalik. Sebagian besar masyarakat kemudian terganggu dengan non kendaraan bermotor seperti sepeda hingga publik transport. 

"Pejalan kaki juga tidak nyaman, publik transport sering dianggap sebagai biang kemacetan, biang polusi. Mereka ngeklaim bahwa mereka (supir publik transport) ugal-ugalan, sebetulnya mereka enggak ugal-ugalan harusnya mereka itu dapat privilege, bukan disia-siakan oleh kendaraan pribadi," tandasnya.

Baca Juga:Ayom Jogja, Tempat Makan Cantik di Tengah Hijaunya Pesawahan yang Asri

Masih Setengah-setengah Garap Transportasi Umum

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak