Intensitas Kegempaan Gunung Merapi Menurun, Sepekan Luncurkan 147 Kali Guguran Lava

Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS pada minggu ini tidak menunjukkan perubahan deformasi yang signifikan.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 23 Desember 2023 | 21:35 WIB
Intensitas Kegempaan Gunung Merapi Menurun, Sepekan Luncurkan 147 Kali Guguran Lava
Lava pijar meluncur dari kubah lava Gunung Merapi terlihat Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (2/4/2023). Menurut data BPPTKG periode pengamatan 1 April 2023 pukul 00.00-24.00 WIB telah terjadi 12 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 1.500 meter ke arah barat daya (kali Bebeng). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/foc.

SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat kembali luncuran awan panas dan puluhan guguran lava dalam sepekan terakhir.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengatakan aktivitas tersebut tercatat pada periode 15 - 21 Desember 2023.

"Pada minggu ini guguran lava teramati sebanyak 147 kali ke arah selatan hingga barat," kata Agus, dalam keterangannya, Sabtu (23/12/2023).

Meliputi 26 kali ke hulu Kali Boyong sejauh maksimal 1.600 meter, 120 kali ke hulu Kali Bebeng sejauh maksimal 1.700 meter dan 1 kali ke hulu Kali Sat/Putih sejauh 1.200 meter. Suara guguran terdengar 4 kali dari Pos Babadan dengan intensitas kecil hingga sedang.

Baca Juga:Gunung Merapi Masih Bergejolak, Sepekan Terakhir Luncurkan Awan Panas dan Ratusan Lava

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis foto udara area puncak dari survey drone tanggal 20 Desember 2023 morfologi kubah barat daya teramati ada perubahan. Hal itu akibat dari adanya aktivitas guguran lava.

"Titik panas tertinggi mencapai 348 derajat celcius, lebih tinggi dari suhu pengukuran sebelumnya," ucapnya.

Untuk morfologi kubah tengah tidak teramati adanya perubahan yang signifikan. Titik panas tertinggi mencapai 189,7 derajat celcius lebih rendah dari suhu pengukuran sebelumnya.

"Berdasarkan analisis foto udara, volume kubah barat daya terukur sebesar 2.948.000 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.358.300 meter kubik," tuturnya.

BPPTKG juga masih mencatat sejumlah kegempaan didominasi gempa guguran yang mencapai 633 kali. Disusul gempa fase banyak 7 kali, 6 kali gempa tektonik, 1 kali gempa frekuensi rendah.

Baca Juga:Sambut Libur Nataru, Armada Jip Wisata Lereng Merapi Pastikan Keamanan dan Kenyamanan Wisatawan

"Intensitas kegempaan pada minggu ini menurun, baik gempa internal seperti MP (fase banyak) dan gempa eksternal seperti RF (guguran) yang jumlahnya berkurang cukup signifikan," terangnya.

Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS pada minggu ini tidak menunjukkan perubahan deformasi yang signifikan.

Diketahui bahwa status Gunung Merapi pada tingkat Siaga atau Level III itu sudah berlangsung sejak 5 November 2020 lalu.

Sedangkan gunung api yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu memasuki fase erupsi sejak tanggal 4 Januari 2021. Saat itu ditandai dengan munculnya kubah lava di tebing puncak sektor barat daya dan di tengah kawah.

Agus menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km. Lalu untuk Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.

Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya, mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini