Pergerakan Capres-Cawapres dalam Tiga Pekan ke Depan Berpotensi Tentukan Arah Swing Voter

Paslon Prabowo-Gibran memang hampir selalu memimpin dari segi elektabilitas dalam beberapa hasil survei.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 21 Januari 2024 | 13:42 WIB
Pergerakan Capres-Cawapres dalam Tiga Pekan ke Depan Berpotensi Tentukan Arah Swing Voter
Keakraban para capres dan cawapres usai acara KPK. [Instagram/prabowo]

SuaraJogja.id - Pergerakan para pasangan calon (paslon) capres dan cawapres dalam tiga minggu ke depan dinilai krusial untuk menggaet pemilih. Termasuk turut berpotensi besar menentukan arah atau pilihan dari para swing voters.

Pakar politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Arya Budi menuturkan bahwa dalam tiga pekan ke depan setidaknya hingga memasuki masa tenang Pilpres 2024 ada setidaknya dua instrumen penting. Selain kampanye akbar dalam rapat umum, masih ada pula dua sisa debat capres dan cawapres.

"Nah sekitar 3 minggu ke depan sampai hari tenang tanggal 11 [Februari], ada debat, ada kampanye. Di mana dua instrumen itu yaitu debat capres cawapres yang nanti cawapres di minggu ini kemudian Februari capres nanti ya, sama kampanye," kata Arya Budi, Minggu (21/1/2024).

"Jadi penetrasi masing-masing tim ke pemilih baik dengan instrumen darat maupun udara itu akan menentukan sekitar 20 sampai 30 persen pemilih yang swing atau swing voters," imbuhnya.

Baca Juga:Prabowo Subianto Defensif saat Debat Capres, Pakar Politik UGM Sebut Ketum Gerindra Kurang Persiapan

Arya menyebut itu bukan angka yang sedikit untuk Pilpres 2024. Pasalnya angka tersebut bisa jadi menentukan Pilpres kali ini akan berlangsung satu atau dua putaran.

Belum lagi melihat belum ada elektabilitas paslon yang benar-benar solid menembus angka 50 persen dari berbagai lembaga survei. Sehingga prosentase swing voter atau masyarakat yang belum menentukan pilihan itu penting untuk diperhatikan.

Paslon Prabowo-Gibran memang hampir selalu memimpin dari segi elektabilitas dalam beberapa hasil survei. Namun angkanya pun hingga kini stagnan dikisaran 40an persen.

Nenurut Arya, selain pemilih Jokowi yang disebut cukup berpengaruh dalam elektabilitas paslon. Sebagian kelompok masyarakat yang belum memilih atau potensi berpindah pilihan juga masih ada dan layan untuk diperhitungkan.

"Sebagian publik juga masih mempunyai potensi untuk berubah. Jadi jika kita menggunakan beberapa hasil survei itu angkanya antara 20-30 persen. Ya antara sepertiga atau seperempat pemilih yang ketika disurvei itu menjawab pilihan politiknya itu mereka masih ada potensi berubah," sebut dia.

Baca Juga:Rumah BUMN Yogyakarta Incubator: Goes To Campus Kunjungi UII, Ajak Mahasiswa Belajar Bisnis dari Pakar

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak