Soroti NasDem yang Resmi Merapat ke Prabowo-Gibran, Pakar UGM: Politik Indonesia Berbasis Perasaan dan Transaksi

Koalisi Perubahan yang diprediksi akan keras menolak bergabung ke pemerintahan, justru mulai mendekat

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 26 April 2024 | 16:00 WIB
Soroti NasDem yang Resmi Merapat ke Prabowo-Gibran, Pakar UGM: Politik Indonesia Berbasis Perasaan dan Transaksi
Presiden Terpilih Periode 2024-2029, Prabowo Subianto (kiri) bersama dengan Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh (kanan) usai menggelar pertemuan di Kertanegara, Jakarta, Kamis (25/4/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

SuaraJogja.id - Pakar politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Arya Budi menyoroti keputusan Partai NasDem yang merapat kepada pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka usai Pemilu 2024. Ini semakin mencerminkan politik di Indonesia yang berbasis pada perasaan dan transaksi saja.

Bergabungnya NasDem ke dalam pemerintahan Prabowo-Gibran bukan sesuatu yang mengejutkan. Kini justru tinggal menunggu partai mana lagi yang akan menyusul bergabung.

Arya menilai potensi yang paling besar justru muncul dari partai-partai di kubu 01 atau pengusung Anies-Muhaimin. Koalisi Perubahan yang berisi NasDem, PKB dan PKS itu diprediksi akan masuk ke dalam pemerintahan.

"Justru yang paling berpotensi dari 01, pertama NasDem sudah clear kemarin pernyataan. PKB itu juga tinggal pernyataan yang lebih eksplisit ya walaupun Cak Imin sudah menyampaikan sudah jelas. PKS juga bahasa politiknya punya potensi untuk merapat," kata Arya saat dihubungi, Jumat (26/4/2024).

Baca Juga:Daftar Pilkada Kota Jogja Lewat Golkar, Heroe Poerwadi Harap Koalisi dengan PAN Berlanjut

Sementara untuk partai-partai 03 misalnya PDI Perjuangan dan PPP diprediksi tetap akan berada di luar pemerintahan. Mengingat dalam hal ini PPP juga tidak memiliki daya tawar lebih usai kehilangan kursi di Senayan.

"Persoalannya bukan sekedar potensi siapa yang bergabung dan siapa yang akan di luar. Tetapi ini justru kontra produktif dari program kerja political position yang mereka usung sepanjang Pemilu," tegasnya.

Bagaimana tidak, partai-partai dari Koalisi Perubahan itu secara programatik seharusnya paling sulit untuk bergabung dengan Prabowo-Gibran. Sedangkan berbalik justru partai di 03 yang tidak terlalu kontra berpotensi berada di luar pemerintahan.

"Itu secara programatik. Persoalannya politik di Indonesia basisnya adalah perasaan dan transaksi," ucapnya.

Secara programatik PDIP sangat dekat dengan Prabowo-Gibran. Walaupun sempat mengambil jarak untuk melontarkan kritik tapi tak dipungkiri akhirnya kembali mendekat.

Baca Juga:Putusan MK Tak Mengagetkan, Pengamat Politik UGM Sebut Bukti 01 dan 03 Tak Cukup Kuat

"Tapi justru yang paling berjarak karena dijelaskan oleh perasaan, yaitu Megawati kecewa atau mengambil jarak secara emosional dengan Jokowi, karena membaca PDIP adalah membaca Megawati," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak