Minim Akses Informasi, 72 Seniman Difabel Sampaikan Isu Sosial Jogja Lewat Suluh Sumurup

SSAF 2024, merupakan pameran kedua setelah 2023 dengan tema Gegandengan.

Muhammad Ilham Baktora
Senin, 13 Mei 2024 | 21:20 WIB
Minim Akses Informasi, 72 Seniman Difabel Sampaikan Isu Sosial Jogja Lewat Suluh Sumurup
Seniman difabel disela Suluh Sumurup Art Festival di Taman Budaya Yogyakarta, Senin (13/5/2024). [Kontributor Suarajogja.id/Putu]

SuaraJogja.id - Di tengah keterbatasan fisik, kaum disabilitas seringkali juga terkendala dalam mengakses informasi. Akibatnya banyak seniman disabilitas mengalami kesulitan untuk bisa berkarya karena tak bisa mengetahui isu-isu terkini seperti sosial, ekonomi, politik dan lainnya.

"Karenanya kami mencoba memberikan kesempatan pada teman-teman seniman disabilitas tentang lingkungan diluar dirinya karena selama ini mereka lebih banyak berbicara tentang dirinya," papar Ketua Jogja Disability Art (JDA), Sukri Budi Dharma di sela Suluh Sumurup Art Festival di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Senin (13/5/2024).

Menurut kurator tersebut, seniman disabilitas sangat membutuhkan akses informasi agar mereka memiliki jejaring lebih luas dan tak terkungkung dengan diri sendiri. Selain itu mereka bisa menghasilkan karya-karya yang lebih beragam diluar dirinya.

Bila diberi kesempatan, seniman disabilitas tak kalah dengan seniman-seniman lain yang tidak memiliki keterbatasan fisik. Mereka bahkan bisa membuat karya-karya kolaboratif.

Baca Juga:Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, 58 Ribu Tiket KA Ludes di Daop 6 Yogyakarta

"Melalui suluh sumurup bertema jumangkah kali ini, kami melibatkan seniman difabel dan memberikan ruang berkarya sekaligus unjuk karya luar biasa mereka. Ada 72 seniman difabel dari jogja dan beberapa kota lainnya yang menampilkan karya mereka," paparnya.

Sementara Nano Warsono, tim kurator mengatakan Jumangkah merupakan sebuah kata bahasa Jawa yang berarti mulai melangkah atau mulai mengerjakan. Berasal dari kata dasar jangkah yang mendapatkan sisipan um, menjadi jumangkah.

"Jangkah artinya jarak antara kaki kanan dan kaki kiri saat melangkah. Jumangkah di sini berarti sebuah proses memulai langkah dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan kemampuan diri. Secara metafora, jangkah diartikan sebagai menuju cita-cita,"jelasnya,

SSAF 2024, lanjutnya merupakan pameran kedua setelah 2023 dengan tema Gegandengan. Tahun ini tercatat 72 seniman difabel dari berbagai daerah menampilkan 202 karyanya.

Sebanyak 202 karya yang dipamerkan, dibuat oleh 7 komunitas seniman difabel Yogyakarta dan 2 dari luar Yogyakarta. Tercatat ada seniman dari Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Ambon hingga Sulawesi Utara yang ikut menampilkan karya.

Baca Juga:WAR promo The Manohara Hotel Yogyakarta!

"Lebih banyak karya seni lukis, ada patung 3 dimensi, kriya, eksperimental yang ditampilkan para seniman. Pameran akan dibuka untuk umum, 14-22 Mei," jelasnya.

Kepala TBY, Purwiyati, menyampaikan pihaknya ingin memberi ruang inklusi pada difabel melalui seni rupa. Apalagi TBY mempunyai kegiatan yang inklusi dan sudah melengkapi sarana ramah difabel.

"Harapannya ada ruang yang bisa didapatkan teman-teman difabel untuk unjuk karya seni. Perhelatan seni rupa untuk seniman difabel, menjadi event tahunan yang harapannya terus berkelanjutan. Ini jadi pemenuhan hak untuk berekspresi dan berkreasi," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini