Namun, bersama sejumlah santri lainnya asal Rembang, Abdul Halim Muslih sempat mengalami nasib apes.
Sekolahnya di Kuwait sempat berhenti lantaran terdampak invasi Irak di bawah presiden Saddam Husein, yang dikenal sebagai perang teluk.
Gegara perang, Abdul Halim Muslih dkk pun harus mengungsi ke Kedubes RI di Yordania lalu dipulangkan ke Indonesia dan dilarang kembali dalam jangka waktu tak tentu.
"Saya masih pelajar SMA ketika dikirim ke Kuwait itu. Begitu ada perang, saya dipulangkan kemudian melanjutkan studi ke Madrasah Aliyah di Rembang. Pendidikan ditempuh selama dua tahun, lulus pada 1992," terangnya.
Baca Juga:Dua Stadion Ini Bakal Jadi Lokasi Kampanye Akbar Pilkada Kota Yogyakarta 2024
Hijrah ke Yogyakarta
Abdul Halim Muslih merantau ke Yogyakarta setelah diterima di Fakultas Ekonomi UGM.
Di saat bersamaan, ia juga diterima di Jurusan Akidah dan Filsafat IAIN Sunan Kalijaga atau UIN Sunan Kalijaga sekarang.
Meski diterima di UGM, Abdul Halim hanya sanggup menjalani selama 6 semester saja. Di IAIN ia bahkan tak lulus.
Gagal melanjutkan studi di perguruan tinggi, Abdul Halim kemudian memilih nyantri di Ponpes Al Mahalli Brajan, Wonokromo, Pleret, Bantul.
Baca Juga:Dari Kasus Fufufafa, Pilkada 2024 Jadi Ajang Bongkar Jejak Digital Calon Kepala Daerah
Di bawah asuhan KH Mujab Mahalli itulah, ia kemudian mengenal dunia politik.