8 Tempat Wisata yang Jadi Saksi Bisu Sejarah Berdirinya Kota Yogyakarta

Berikut sederet tempat wisata menarik yang bisa disambangi sekaligus mengetahui sejarah berdirinya Kota Yogyakarta yang kini telah berusia 2,5 abad lebih.

Galih Priatmojo
Minggu, 13 Oktober 2024 | 12:36 WIB
8 Tempat Wisata yang Jadi Saksi Bisu Sejarah Berdirinya Kota Yogyakarta
Kawasan Tugu Jogja merupakan saksi bisu sejarah berdirinya Kota Yogyakarta. [Kontributor Suarajogja.id/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Setiap tanggal 7 Oktober diperingati sebagai hari jadi Kota Yogyakarta.

Bila merunut sejarah, hal itu berkaitan erat dengan proses dibangunnya Keraton Yogyakarta pasca Perjanjian Gianti pada 13 Februari 1755 yang memisahkan antara Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

Pasca perjanjian itu, Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I menetapkan wilayah Mataram sebagai kekuasaannya yang diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di Yogyakarta.

Sejurus dengan ketetapan itu, sebuah istana atau keraton pun dibangun di wilayah yang sekarang masuk administrasi Kota Yogyakarta.

Baca Juga:Satpol PP Amankan 2 Manusia Silver Usai Viral Diduga Gores Mobil di Jogja

Istana tersebut resmi ditempati oleh Sultan Hamengku Buwono I pada 7 Oktober 1756.

Momentum itu yang kemudian sekaligus sebagai penanda berdirinya Kota Yogyakarta.

Terkini, pada tahun 2024, Kota Yogyakarta telah menginjak usia yang ke-268 tahun.

Nah bagi kamu yang ingin napak tilas dan mengetahui asal muasal berdirinya Kota Yogyakarta, berikut sederet tempat wisata yang bisa dikunjungi.

1. Kota Kuno Kotagede

Baca Juga:Profil Lengkap Heroe Poerwadi, dari Jurnalis hingga ke Perebutan Kursi Wali Kota Jogja

Sebelum berdirinya Keraton Yogyakarta, Kotagede merupakan pusat administrasi kerajaan mataram Islam.

Kota yang kini memiliki tiga kelurahan yakni Prenggan, Rejowinangun serta Purbayan tersebut, di abad ke-16 merupakan ibu kota kerajaan Mataram Islam.

Berdirinya kota kuno Kotagede ini bisa ditelusuri dari pendiri Kerajaan Pajang di Jawa Tengah yakni Sultan Hadiwijaya yang menghadiahkan sebuah wilayah yang dikenal dengan hutan mentaok atau alas mentaok kepada Ki Ageng Pemanahan usai mengalahkan Arya Penangsang.

Ki Ageng Pemanahan kemudian melakukan babat alas di kawasan hutan mentaok yang membentang dari wilayah Purwomartani, Banguntapan dan Kotagede saat ini.

Kompleks bangunan Masjid Gedhe Mataram Kotagede, Sabtu (24/4/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]
Kompleks bangunan Masjid Gedhe Mataram Kotagede, Sabtu (24/4/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat, keturunannya Danang Sutawijaya atau yang dikenal dengan Panembahan Senopati mendirikan kerajaan Mataram Islam usai mengalahkan kerajaan Pajang. Kotagede pun jadi ibu kotanya.

Pada masa Sultan Agung berkuasa periode 1612-1645, ibukota Mataram Islam dipindah ke selatan Kotagede. Tempat itu bernama Kerto.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak