Kota yang kini memiliki tiga kelurahan yakni Prenggan, Rejowinangun serta Purbayan tersebut, di abad ke-16 merupakan ibu kota kerajaan Mataram Islam.
Berdirinya kota kuno Kotagede ini bisa ditelusuri dari pendiri Kerajaan Pajang di Jawa Tengah yakni Sultan Hadiwijaya yang menghadiahkan sebuah wilayah yang dikenal dengan hutan mentaok atau alas mentaok kepada Ki Ageng Pemanahan usai mengalahkan Arya Penangsang.
Ki Ageng Pemanahan kemudian melakukan babat alas di kawasan hutan mentaok yang membentang dari wilayah Purwomartani, Banguntapan dan Kotagede saat ini.
![Kompleks bangunan Masjid Gedhe Mataram Kotagede, Sabtu (24/4/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]](https://media.suara.com/pictures/original/2021/04/25/55239-masjid-gedhe-mataram-kotagede.jpg)
Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat, keturunannya Danang Sutawijaya atau yang dikenal dengan Panembahan Senopati mendirikan kerajaan Mataram Islam usai mengalahkan kerajaan Pajang. Kotagede pun jadi ibu kotanya.
Baca Juga:Satpol PP Amankan 2 Manusia Silver Usai Viral Diduga Gores Mobil di Jogja
Pada masa Sultan Agung berkuasa periode 1612-1645, ibukota Mataram Islam dipindah ke selatan Kotagede. Tempat itu bernama Kerto.
Meski tak lagi jadi pusat pemerintahan, hingga kini sisa-sisa bangunan kuno masih bisa ditemui di kawasan Kotagede.
Buat kamu yang gemar dengan sejarah, tempat ini sangat pas dan nyaman untuk napak tilas kejayaan masa lampau.
Adapun lokasi yang bisa dikunjungi yakni Masjid Kotagede yang dibangun Sultan Agung pada 1644 masehi.
Kemudian ada Pasar Legi Kotagede. Pasar yang dibangun pada abad ke-16 tersebut disebut juga sebagai pasar tertua di Yogyakarta.
Baca Juga:Profil Lengkap Heroe Poerwadi, dari Jurnalis hingga ke Perebutan Kursi Wali Kota Jogja
Lalu ada kompleks makam pendiri kerajaan yang lokasinya sekitar 100 meter ke arah Selatan dari Pasar legi Kotagede.