Apalagi kemudian jelang melahirkan bobot janin di perutnya justru menurun. Christi bahkan hingga mencari second opinion ke dokter lain untuk memastikan kesehatan janinnya.
"Sempet panik ketika tinggal beberapa minggu itu malah ada bobot (kandungan) turun, tapi begitu dicek ke dokter lainnya, katanya masih normal. Jadi agak lega," ungkapnya.
Puluhan Bumil Alami Gangguan Kesehatan Mental
Christi merupakan sedikit orang khususnya ibu hamil yang beruntung mampu keluar dari kegelisahan itu. Pasalnya, tak sedikit yang kemudian terjebak dalam kekhawatiran berlebih tersebut.
Seperti yang kemudian tercatat dalam skrining kesehatan jiwa yang dilakukan terhadap setiap ibu hamil yang ada di Kabupaten Bantul. Dari catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul hingga September 2024 kemarin, ada 80 kasus ibu hamil yang mengalami gangguan kesehatan mental.
"Sampai bulan September kemarin ada 80 kasus ibu hamil yang mengalami gangguan kesehatan mental dari mulai yang ringan," kata Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinkes Bantul, Siti Marlina.
Disampaikan Siti, skrining kesehatan mental para bumil itu dilakukan dengan metode SRQ-29 yang sudah dipatenkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Skrining itu menjadi salah satu syarat untuk pelayanan pemeriksaan kehamilan di puskesmas, minimal satu kali dalam periode kehamilan.
Gangguan kesehatan mental pada ibu hamil ini tidak serta merta muncul saat terjadi kehamilan. Ada kasus pada ibu yang sebelum hamil sudah mengalami gangguan mental bahkan termasuk di akhir kehamilan.
Ada pula beberapa kasus gangguan mental yang muncul setelah masa nifas atau setelah melahirkan. Misalnya saja baby blues syndrome atau depresi yang lain pada ibu hamil.
Baca Juga:Titik Rawan Kecelakaan Jadi Fokus Operasi Zebra Progo 2024 di DIY
Berdasarkan skrining yang telah dilakukan itu, Siti mengungkap ada yang memang bumil dengan gangguan mental organik atau dialami sebelum mengandung. Namun sejauh ini tidak ada catatan bumil dengan gangguan mental yang berujung mengakhiri hidupnya.