"Goa ini terkontsentrasi larutannya di sana tetapi lebih dekat muka air tanah. Tetapi untuk memastikannya nanti akan kita cek apakah terkoneksi dengan sistem pergoaan yang lainnya," ujarnya.
Hanya saja dia mengingatkan, karena berada di proyek JJLS tentu harus dilakukan kajian dengan menggunakan metode geofisika. Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah di sekitar goa yang ditemukan ada rongga atau tidak.
Rongga-rongga ini nantinya tentu bakal membahayakan jika kemudian di atasnya dibangun struktur jalan. Dan jika goa itu terkoneksi maka hal itu perlu diketahui agar jalannya tidak amblas ketika dilalui kendaraan berat.
"Jadi itu yang perlu dipastikan apakah ada rongga atau tidak," kata dia.
Baca Juga:Warga Geger Temukan Goa Berstalagmit Aktif di Gunungkidul, Begini Penampakannya
Karena berada di proyek JJLS, maka dia menyarankan agar lebih baik di segmen yang ada di sekitar goa dilakukan penelitian dengan metode geofisika yang gunanya untuk mengetahui apakah ada lorong goa di goa sekitar itu.
Sehingga jika tidak ada lorong maka tidak perlu dibelokkan. Namun meskipun ada lorong goa, ruas JJLS tidak perlu dibelokkan karena bisa diatasi dengan struktur bangunan JJLS. Seperti yang dilakan daerah Timur Indonesia di mana ada pembangunan landasan pacu yang di bawahnya ada goa tetapi tetap dibangun.
"Caranya dengan konstruksi yang didesain melindungi goa," tambahnya.
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul Harry Sukmono mengatakan untuk sementara pihaknya melakukan penutupan akses goa. Karena mereka khawatir berkaitan dengan kelaikan goa tersebut.
"Kalau banyak orang masuk dan sebagainya terjadi hal yang tidak diinginkan kan resiko semua," tegasnya.
Baca Juga:Kolaborasi Jadi Kunci, DIY Berjuang Tekan Stunting Hingga 14 Persen di 2024
Harry menambahkan karena merupakan kawasan karst maka di gunungkidul itu bebatuanya berupa batu gamping atau kapur. Jenis batu seperti ini membuat tanahnya menjadi rapuh sehingga potensi rontok atau roboh dan sebagainya bisa terjadi.