SuaraJogja.id - Tim Nasional (Timnas) Indonesia baru saja mengalahkan timnas Arab Saudi dengan skor meyakinkan 2-0. Selain mendongkrak posisi Timnas Indonesia dari dasar klasemen ke peringkat 3 sementara, kemenangan ini juga menghapus kepedihan kala Timnas Indonesia menelan pil kekalahan dari tim Samurai Biru, Jepang dengan skor telak 0-4.
Meskipun kalah, tetapi ada momen-momen penting yang menjadi perhatian khalayak dalam pertandingan tersebut. Salah satunya adalah dukungan suporter Indonesia yang menampilkan koreo berbentuk Godzila vs Gundala, pahlawan fiksi buatan Indonesia. Ilustrasi dari koreo inipun sangat mencengangkan karena gambarnya sangat detail.
Tak ada yang menyangka jika koreo berbentuk Godzila vs Gundala ini merupakan karya pemuda asal Bantul, Febru Danar Surya. Lelaki kelahiran Sleman dan sejak lahir tinggal di Banguntapan Bantul ternyata tak mengenyam bangku kuliah. Lelaki berumur 19 tahun ini ternyata lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Koperasi Yogyakarta, yang bukan merupakan SMK Favorit di Kota Jogja.
"Ya saya tidak kulaih, jadi [setelah] lulus langsung lanjut freelance. Saya mendirikan Sultan Desain itu," terang lelaki yang akrab dipanggil Aru, Kamis (21/11/2024).
Baca Juga:Buntut Sidak Menteri LHK, Sultan Panggil Pj Wali Kota Jogja, 3 Cawalkot Adu Strategi Tangani Sampah
Aru mengatakan, Sultan Desain mulai berdiri sejak tahun 2016 yaitu sejak dirinya lulus dari SMK Koperasi Yogyakarta. Aru memang tak ingin melanjutan kuliah dan lebih memilih berwirausaha karena ingin membantu orangtuanya. Aru akhirnya memberanikan diri untuk membuka jasa desain grafis dan branding perusahaan dengan nama Sultan Desain.
Dia mengakui awalnya memang belum menawarkan jasa menggambar ataupun ilustrasi karena hanya desain grafis atau jasa untuk membranding perusahaan. Hanya saja, di tahun 2019, jasa pembuatan desainnya mulai pindah halauan di mana mereka mulai menawarkan jasa ilustrasi untuk klien mereka.
"Karena pasion kita lebih ke menggambarnya. dan kita lebih enjoy mengerjakannya," tutur dia.
Untuk ilmu ilustrasi dan menggambar digital seperti sekarang ini, Aru mengaku mendapatkannya secara otodidak alias belajar sendiri. Karena selama di sekolah, Aru hanya mendapatkan ilmu dasar saja.
Hanya saja untuk teknik ilustrasi dan ilmu lain Aru mengaku lebih banyak otodidak. Kemampuan ilustrasi dan menggambar seperti teknik sending ataupun colouring murni dilakukan secara otodidak.
Baca Juga:Kerap Jadi Lokasi Syuting Film, DIY Bisa Raup Pendapatan hingga Rp30 Miliar
Setelah sekian lama berkecimpung di dunia ilustrasi dan menggambar digital, Aru mengaku kaget ketika beberapa waktu yang lalu founder La Grande Indonesia menghubunginya langsung.
Kala itu, La Grande sengaja menghubunginya untuk menanyakan terkait pembuatan koreografi untuk pertandingan sepakbola antara Timnas Indonesia melawan Timnas Jepang.
"Dan kita pas itu sih kerjasamanya berjalan dengan lancar antara La Grande dengan Sultan Desain," ujarnya.
Dia mengaku tidak memiliki relasi sama sekali dengan La Grande Indonesia ataupun orang dalam. Bahkan dia baru mengenal founder La Grande Indonesia ketika menghubungi ke nomor pribadinya.
Owner La Grande kemungkinan sengaja menghubunginya karena katalog atau portofolio yang ditampilkan Sultan Desain itu ilustrasinya keren, detail dan memiliki taste (rasa) yang berbeda dari seniman lain. Sehingga itulah alasannya dari banyaknya seniman di tanah air, Sultan Desain yang dipilih.
Hal itu, lanjutnya, terungkap dari La Grande sendiri. Di mana saat itu La Grande sempat memesan ilustrasi dari seniman lain, hanya saja ternyata karyanya kurang bagus. Aru mengaku sempat dibuatkan previewnya dari La Grande dan yang bersangkutan mengaku karya itu kurang maksimal.
"Mereka itu pesan ke seniman sebelah, tetapi hasilnya kurang maksimal sehingga mereka datang ke Sultan Desain," ungkapnya.
Setelah itu, kedua belah pihak langsung melakukan negosiasi dan sepakat bekerjasama. Pihak Sultan Desain diminta untuk mengimplementasikan ide dari La Grande terkait dengan koreo yang bakal mereka tampilkan dalam pertandingan antara Timnas Indonesia melawan Jepang di Gelora Bung Karno 15 November 2024 kemarin.
Pihak La Grande lantas mengeluarkan ide mereka yaitu 'Godzila vs Gundala' yang tentu memliki filosofi tersendiri dengan keadaan yang sebenarnya. Menurutnya, La Grande Indonesia justru mengambil tokoh Gundala Putra Petir bukan Gatotkaca, atau superhero lain di Indonesia karena ternyata warna jersey yang dikenakan timnas Indonesia yaitu warna merah.
"Superhero lokal yang warnanya merah itu kayaknya hanya Gundala. Ya diambilah Gundala," tambahnya.
Di sisi lain, La Grande Indonesia menginginkan karakter Godzilla bukan Naruto ataupun superhero lain untuk menggambarkan Timnas Jepang, karena Godzilla adalah monster fiksi atau raja dari monster yang tentunya berukuran besar. Dua karakter ini sangat cocok menggambarkan situasi timnas kedua negara itu.
Karakter Godzila sangat cocok dengan Timnas Jepang yang kini berada di posisi 15 peringkat FIFA. Sementara Indonesia hanya berada di peringkat 130 dunia. Gundala bisa menggambarkan sosok superhero biasa yang bakal melawan raja monster sepakbola di Asia, Jepang.
Aru mengaku, untuk membuat ilustrasi dan menggambar karakter 'Godzila vs Gundala' ini selama 9-10 hari. Di mana 2 hari untuk proses sketsa dan kemudian 7-8 hari untuk detailing. Sultan Desain memang membutuhkan waktu 9-10 hari untuk membuat ilustrasi digitalnya, hanya saja untuk pengaplikasikan koreo di lapangan yang besar itu dilakukan oleh pihak La Grande.
"Sebelum diterima ya ada beberapa perbaikan. Sempat melalui dua kali revisi. dari segi konsep Gundala itu walaupaun kecil masih bisa terlihat Highlight gitu,"jelas dia.
Aru mengaku sangat bangga karyanya bisa dipakai untuk pertandingan yang sangat besar tersebut. Bahkan apa yang ada saat ini, jauh melebih ekspektasinya selama ini karena telah membuat karya besar yang betul-betul menjadi sorotan di beberapa negara bahkan organisasi olahraga terbesar di dunia. Selain itu, FIFA pun ikut mengapresiasi karya mereka.
Dan dampaknya langsung dia rasakan sendiri karena usai laga Timnas tersebut, banyak pihak yang menghubunginya baik hanya sekedar untuk wawancara ataupun menanyakan harga ketika menggunakan jasanya. Bahkan tak sedikit yang ingin berkolaborasi membuat karya dengan dirinya.
"Itu banyak sehingga DM [direct massage]-nya di sini setelah euforia, DM kita juga pecah. kita jadi takut membuka DM," kata dia.
Dia mengaku terharu dengan sambutan luar biasa terhadap karyanya tersebut. Bahkan dia bertekad, meskipun awalnya ada kesepakatan profesional antara La Grande Indonesia dengan Sultan Desain yaitu dengan membayar sejumlah nominal ke Sultan Desain, namun ke depan dia bertekad akan menggratiskannya.
Aru menjelaskan, untuk La Grande ataupun Ultras Indonesia yang ingin menggunakan jasanya untuk koreo, ilustrasi ataupun desain merchandise maka akan dia bebaskan biayanya alias gratis. Hal tersebut sebagai bentuk sumbangsihnya untuk negeri ini sama seperti para pejuang kemerdekaan.
"Saya terharu dengan teman-teman yang mengaplikasikannya di lapangan, di mana mereka menarik tali dengan bersama-sama. Bahkan yang mural itu ada yang tidur di lapangan. Saya terharu, jadi ke depan insyallah akan saya gratiskan. Meskipun sebelumnya La Grande Indonesia membayar dengan nominal untuk karya saya. Ini sumbangsih saya mengisi kemerdekaan tanah air," tegasnya.
Kontributor : Julianto