Dinkes Sleman: Kasus Stunting 2024 Turun dari Tahun 2023 yang Capai 4,51 Persen

Tren penurunan angka stunting terjadi sejak tahun 2021.

Fabiola Febrinastri
Senin, 09 Desember 2024 | 19:30 WIB
Dinkes Sleman: Kasus Stunting 2024 Turun dari Tahun 2023 yang Capai 4,51 Persen
Dinkes Sleman menunjukkan komitmen terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. (Dok: PWI)

SuaraJogja.id - Kepala Tim Kerja Gizi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Samsu Eko Suhartono mengatakan, pihaknya mencatat kasus stunting pada 2024 sebesar 4,41 persen, atau turun dari tahun 2023 yang mencapai 4,51 persen.

Hal itu merupakan salah satu prestasi Dinkes Kabupaten Sleman dalam menunjukkan komitmen terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. 

Sementara itu, Kepala Tim Kerja Gizi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dinkes Sleman Samsu Eko Suhartono mengatakan, pihaknya mencatat kasus stunting pada 2024 sebesar 4,41 persen, atau turun dari tahun 2023 yang mencapai 4,51 persen.

"Saat ini angka stunting pada angka 4,41 persen, sudah jauh dari target dari angka nasional di tahun 2024 yakni 14 persen. Kita sudah zero stunting karena angkanya di bawah 5 persen," ujar Samsu, Jumat (6/12/2024).

Baca Juga:Kasus Covid-19 Muncul Lagi, Dinkes Bantul Imbau Masyarakat Kembali Terapkan Protokol Kesehatan

Tren penurunan angka stunting terjadi sejak tahun 2021. Dari 51.513 anak bawah lima tahun (balita) yang dipantau sepanjang tahun 2024, kasus stunting ditemui pada 2.272 balita.

Upaya penuntasan dilakukan melalui kolaborasi dengan OPD terkait sehingga memberikan nilai tambah yang signifikan karena masyarakat membutuhkan pendekatan yang tepat dan kompeten dalam mengatasi stunting.

"Kita ada Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dengan SK Bupati, dan ada tim hingga di tingkat kalurahan.  Dilakukan monitoring dan evaluasi setiap tahun di masing-masing kapanewon," jelasnya.

Fenomena stunting di Sleman, mayoritas terjadi pada keluarga yang tergolong mampu, yakni sebanyak 95 persen. Pemicu utama stunting yakni pola makan dan pola asuh yang kurang tepat, dengan ciri secara fisik, biasanya badannya pendek. Dari 17 kapanewon, masih ada 4 kapanewon yang angka stunting di atas 5 persen.

"Tahun ini dilakukan audit stunting di dua kapanewon sebagai sampel,  yakni di Pakem dan Sayegan, ternyata pemicu stunting karena pola makan dan pola asuh yang kurang tepat, termasuk angka kehamilan tidak diinginkan terjadi kenaikan terutama yang berumur 19 tahun," terangnya.

Baca Juga:Dinas Kesehatan Sleman Imbau Masyarakat Waspadai Kenaikan Kasus Covid-19

Posyandu menjadi salah satu ujung tombak penurunan stunting. (Dok: PWI)
Posyandu menjadi salah satu ujung tombak penurunan stunting. (Dok: PWI)

Kesadaran pentingnya pencegahan stunting terus digencarkan, dengan memberikan edukasi soal penimbangan setiap bulan, menjaga pola makan dan pemeriksaan teratur bagi ibu hamil dan menyusui.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak