SuaraJogja.id - Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, mengaku terinspirasi usai meninjau langsung kegiatan usaha para purna Pekerja Migran Indonesia (PMI) di wilayah Godean, Sleman.
Dalam kunjungannya, Karding menyebut komunitas yang sudah terbentuk di sana dapat menjadi model pemberdayaan. Bahkan bukan tak mungkin dapat kemudian diadopsi dalam kebijakan nasional.
"Jadi, hari ini saya bersyukur ya, bisa berkunjung ke Godean ini, dari sini saya semakin semangat bahwa, ada model pemberdayaan yang bisa saya terapkan dalam bentuk kebijakan," kata Karding, kepada wartawan di salah satu tempat usaha purna PMI di Godean, Sleman, Selasa (16/4/2025).
Ia menyampaikan bahwa komunitas yang dibentuk oleh para purna PMI tersebut saling menularkan keterampilan dan pengetahuan usaha.
Baca Juga:Waspada Jebakan Kerja di Luar Negeri, Menteri Ungkap Modus PMI Unprosedural Incar Anak Muda
Latar belakang usaha yang beragam justru semakin memperkuat semangat kolaborasi yang dibangun.
Buktinya hal itu efektif untuk meningkatkan taraf ekonomi secara kolektif. Setiap orang kemudian bisa belajar dan kemudian membangun usahanya secara mandiri.
"Nah, komunitas ini, mereka saling menularkan ilmu, skill, dan ilmu usahanya. Sehingga relatif lebih maju. Yang menarik lagi, mereka ini punya usaha masing-masing," ucapnya.
Dalam kunjungannya, Karding sempat bertemu langsung pula dengan beberapa pengusaha yang merupakan purna PMI. Mulai dari Mbak Sugih yang fokus pada pembibitan anggur, kemudian Kak Ros yang mengembangkan usaha seafood dan lobster.
Serta ada pula Mas Anas yang memiliki lembaga pelatihan kerja (LPK) dengan pengajar asli dari Korea. Karding sendiri singgah ke tempat Pak Bambang Sutrisno yang menjual kulit lumpia hingga dimsum.
Baca Juga:Pemkab segera Luncurkan Program Pemberdayaan Difabel, Anggota Dewan Sleman Harapkan Hal Ini
Menurut Karding, hal ini menunjukkan bahwa bekal dari pengalaman bekerja di luar negeri bisa diterapkan secara konkret di tanah air.
"Saya belajar dua hal di sini, pertama, bagaimana mengembangkan, memberdayakan pekerja migran Indonesia ke depan. Kedua, ini contoh, Pak Bambang ini contoh, untuk bangun usaha itu tidak perlu tempat kelihatan megah, besar, bisa, sesederhana ini, tapi pegawainya 40 orang. Omsetnya 500 juta, minimal," ungkapnya.
Tak hanya itu, pengelolaan SDM dalam usahanya juga meniru pola kerja di Korea. Mulai soal jaminan kesehatan, asuransi, hingga investasi tabungan emas yang diberikan untuk para karyawan.
"Menurut saya ini sangat-sangat menarik. Jadi, kita tidak perlu cari tempat yang besar dan cukup tempat kecil dan kreativitasnya luar biasa," tuturnya.
Karding menjelaskan pemerintah melalui Kementerian P2MI telah memiliki direktorat khusus yang menangani pemberdayaan purna PMI.
Ia juga telah meminta Dirjen Pemberdayaan dan Kepala BP3MI Yogyakarta untuk menjadikan model di Godean ini sebagai referensi dalam menyusun kebijakan lebih luas.
Menurut Karding, Presiden Prabowo Subianto telah memberi arahan agar tata kelola pekerja migran diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja kian luas.
Termasuk dengan melihat langsung bagaimana komunitas purna PMI bisa menciptakan peluang kerja bagi warga sekitar di Godean ini, Karding yakin model seperti ini layak diperluas secara nasional.
"Nanti akan saya pelajari khusus dan pengalaman-pengalaman mereka inilah yang diharapkan oleh Pak Prabowo sebenarnya,” tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama salah satu purna PMI, Bambang Sutrisno mengaku telah menyampaikan beberapa catatan yang bisa atau perlu diperhatikan pemerintah ke depan. Termasuk untuk memberdayakan nasib para purna PMI di tanah air.
"Kami berharap pemerintah itu ada sumbangsihnya buat kami, Purna PMI ini. Sehingga kami itu pulang-pulang tidak hanya diperas seperti sapi perah untuk devisanya saja, yang digembar gembor penghasil devisa," ujar Bambang.
"Tapi pemerintah juga harus memperhatikan kami agar kami setelah pulang kami lebih berdaya guna. Lebih bisa sejahtera. Setelah pertama sejahtera, yang kedua juga mestinya bisa bermanfaat buat lingkungan kita juga," imbuhnya.
Dia meyakini jika hal itu diperhatikan maka angka pengangguran di Indonesia bisa semakin dipangkas. Upaya seperti pendampingan usaha kepada para purna PMI bisa dilakukan dalam hal ini.
"Jadi mengundang mentor untuk mementorin kami tidak hanya sekali pelatihan, kemudian ditinggalkan hanya sekadar formalitas, tapi benar-benar ada mentoring inkubasi bisnis. Tolong dimentori sampai mereka sukses dan itu boleh dijadikan contoh kalau sudah seperti itu," ucapnya.
Selain itu, pemberdayaan tidak hanya diberikan setelah para PMI pulang melainkan sebelumnya.
Sehingga ketika pulang para purna PMI tidak kaget dan bingung untuk memulai usaha dan memanfaatkan hasil kerja dari luar negeri mereka selama ini.