Ia juga belajar bagaimana menjaga cash flow, mengelola stok, membaca perilaku konsumen. Semua berkat latar belakangnya di sosial ekonomi peternakan, bidang yang ia tekuni sejak kuliah.
"Enggak semua daging bisa dibikin bakso, kalau kebanyakan enggak pakai kuantitas yang dikontrol misal garam seberapa, kemudian bawang seberapa, di sini saya sedikit harus menerapkan manajemen tersebut, ada patokan pasti. Sehingga rasa tekstur dan intinya produk yang saya sajikan tidak berubah, konsisten," paparnya.
![Pengusaha bakso di Sleman, Diki Widia Putra saat menceritakan kisah perjalanan bisnis kulinernya di Sleman. [Hiskia/Suarajogja.id]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/25/25658-pengusaha-bakso.jpg)
Meredam Ego ke Semangkuk Bakso
Tidak melulu soal akademik dan bisnis. Sebagai pemuda, dia pun dulu merupakan seorang petualang. Sewaktu kuliah, ia aktif di organisasi dan bahkan sempat ikut dalam ekspedisi ke Pulau Seram, Maluku.
Baca Juga:Nasib Penjurusan SMA Terancam? Jogja Krisis Guru BK, Dampaknya Luas
"Jadi dari pengalaman-pengalaman itu banyak mengambil hikmah, untuk kehidupan sekarang, bahwa salah satunya turunkan ego, turunkan gengsi, nggak usah isin [malu], mental harus kuat," ungkapnya.
Saat awal kuliah, indeks prestasi akademiknya bahkan sempat jeblok karena terlalu aktif di luar kelas dengan berbagai organiasi yang dia ikuti.
Namun Dika, segera mengevaluasi diri, menyeimbangkan organisasi dan studi hingga akhirnya lulus dengan IPK di atas tiga.
Kini, ia menerjemahkan pelajaran hidup itu ke dalam bisnis. Ia menyewa gerobak, bukan membeli. Gerobak itu mungkin akan dia beli ketika usahanya sudah semakin besar.
Ruko yang disewa pun tak terlalu mewah untuk merintis usaha. Meja, kursi, dan perlengkapan warung memanfaatkan dari usaha sebelumnya yang tak berjalan mulus.
Baca Juga:DIY Darurat Uang Palsu? 889 Ribu Lembar Ditemukan dalam 3 Bulan Pertama 2025
Ada tabungannya sendiri yang Dika gunakan untuk membuka usaha bakso ini. Namun berkat manajemen yang baik, dia bisa menekan biasa hingga tak lebih dari Rp10 juta ia habiskan untuk membuka usaha.
Termasuk untuk membuat spanduk yang akhirnya menarik perhatian netizen, sang dosennya dulu dan bahkan sempat diunggah ulang oleh Ganjar Pranowo, membuat warungnya viral dengan kisahnya yang inspiratif.
Bagi dia, kesuksesan bukan hanya soal seberapa tinggi gelar, tapi seberapa sabar, telaten, dan konsisten seseorang dalam menjalani jalan yang dipilihnya terlebih setelah lulus dari dunia akademik.
Dika pun tak terlalu mendengarkan sentilan-sentilan soal kesan yang seolah menyebut 'sia-sia berpendidikan tinggi namun hanya berujung dagang bakso'. Mentalnya sudah tertempa dari berbagai pengalaman hidup semasa kuliah.
![Deretan tetelan serta bakso yang diracik oleh pengusaha lulusan S2 UGM, Dika Widia Putra. [Hiskia/Suarajogja.id]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/25/25418-bakso-magister-ugm-sleman.jpg)
"Jangan gengsi, turunkan ego, mental harus kuat, kalau kata orang-orang, eman-eman, kuliah sampai S2 kok jualan bakso semua orang bisa tapi di sini ada gapnya," tuturnya.
"Bahwa usaha dagang bakso yang dipegang sama mungkin orang yang mengenyam pendidikan sama orang lain itu mungkin ada berbeda. Ada seninya mungkin, seni-nya saya menerapkan ilmu-ilmu yang saya dapatkan dari bangku S1-S2 saya bawa ke sini," tambahnya.