Beras Anda Aman? Guru Besar UGM Bongkar Cara Mudah Deteksi Beras Oplosan di Rumah

Fenomena beras oplosan ini menunjukkan lemahnya pengawasan distribusi pangan.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 23 Juli 2025 | 20:33 WIB
Beras Anda Aman? Guru Besar UGM Bongkar Cara Mudah Deteksi Beras Oplosan di Rumah
ilustrasi beras yang diduga oplosan. (Nathan Cima/unplash)

SuaraJogja.id - Beras oplosan masih menjadi pembahasan hangat belakangan ini.

Oplosan beras itu membuat ketidaksesuaian berat kemasan, label produk hingga komposisi bahan yang digunakan.

Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Sri Raharjo, menyoroti hal tersebut.

Menurut dia, fenomena ini menunjukkan lemahnya pengawasan distribusi pangan, terutama di tingkat produsen dan pasar tradisional.

Baca Juga:Rahasia Jogja Kurangi Sampah Hingga 70 Persen: Insentif Penggerobak jadi Kunci

"Meskipun istilah beras oplosan tidak digunakan secara resmi, praktik ini dapat ditindak dengan dasar hukum dalam Undang-Undang Pangan karena merugikan konsumen," tegas Sri, Rabu (23/7/2025).

Tak jarang di dalam beras oplosan meliputi beberapa bahan kimia di dalamnya. Mulai dari klorin atau pemutih, pewangi buatan, hingga parafin atau plastik.

Zat-zat tersebut kerap digunakan guna menyamarkan kualitas beras. Pada beras yang sebenarnya kualitas rendah dimanipulasi sehingga tampak lebih putih dan menarik ketika dipasarkan.

Padahal jelas-jelas praktik ini dilakukan hanya dengan motif komersial semata. Tanpa kemudian mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan konsumen.

"Klorin misalnya, digunakan untuk menghilangkan warna kusam, tapi zat ini bersifat karsinogenik dan sangat berbahaya bila dikonsumsi dalam jangka panjang," ungkapnya.

Baca Juga:30 Tahun Jogja Pertahankan Gamelan: Lawan Deru Sound Horeg hingga Rawat Akar Budaya

Jika dikonsumsi secara rutin dalam jangka waktu lama maka dampaknya sangat buruk bagi tubuh. Mulai dari risiko pemicu kanker hingga potensi merusak organ vital seperti hati dan ginjal.

"Organ-organ ini akan bekerja ekstra keras menyaring zat asing, dan dalam jangka panjang bisa berujung pada kerusakan permanen," kata dia.

Berbagai zat berbahaya pada beras oplosan itu pun tidak sepenuhnya akan hilang ketika dicuci dalam proses memasak.

Nyatanya hanya sebagian kecil saja zat kimia yang bisa berkurang melalui pencucian. Lantas beberapa senyawa seperti formalin tetap bertahan meski dipanaskan pada suhu tinggi.

"Pencucian mungkin mengurangi pewarna, tapi residu plastik atau klorin tetap tertinggal dan tidak terurai saat dimasak," ungkapnya.

Tips Bedakan Beras Oplosan atau Tidak

Sri Raharjo memberikan beberapa tips guna membedakan beras alami dan beras oplosan.

Hal itu bisa dilakukan melalui pengujian sederhana di rumah.

Mulai dari melihat dari ciri-ciri fisik seperti warna yang terlalu putih, aroma kimia, atau hasil tes air dan api dapat menjadi indikasi awal.

"Kalau beras direndam air lalu mengambang atau air berubah warna atau saat dibakar mengeluarkan bau plastik, maka patut dicurigai mengandung bahan berbahaya," ujar dia.

Selain itu masyarakat diimbau lebih waspada dalam memilih beras untuk dikonsumsi.

"Masyarakat bisa mulai dengan membeli beras berlabel SNI, dan sesekali mengganti asupan karbohidrat dengan sumber lain seperti umbi-umbian," pesannya.

Lebih dari itu, dia mendorong tentang pentingnya penguatan sistem pengawasan serta distribusi pangan untuk mencegah kasus beras oplosan berulang.

Salah satu upaya yang disarankan yakni melalui sertifikasi ketat di tingkat distributor, edukasi kepada pedagang dan konsumen, serta pemanfaatan teknologi pendeteksi cepat di pasar.

"Sanksi hukum saja tidak cukup, edukasi dan teknologi deteksi harus jadi bagian dari strategi pengawasan pangan kita," tegasnya.

Klaim Tak Ada Temuan di Jogja

Sebelumnya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Yuna Pancawati menyebut sementara ini tak ada temuan terkait dengan beras premium oplosan di wilayahnya.

Maupun juga beras oplosan dengan kandungan berbahaya.

Dua pasar besar di Kota Jogja yakni Prawirotaman dan Beringharjo pun sudah dicek dan dipastikan nihil beras oplosan premium.

Yuna juga memastikan bahwa kabar soal temuan beras oplosan di Gunungkidul pun tidak benar.

Pasalnya setelah dicek tidak ada bukti maupun indikasi beras oplosan yang beredar di pasaran wilayah Gunungkidul.

"Iya betul [tidak ada temuan beras oplosan di DIY]. Oplosan itu kan beras premiun dicampur beras SPHP ya dan secara kasat mata kalau kemasan dibuka pasti kelihatan, beras premium butiran-butirannya kan utuh-utuh," ujar Yuna.

Kendati demikian pihaknya akan terus melakukan pantauan distribusi beras yang ada di pasaran. Hal itu guna memastikan kesesuaian produk yang diterima konsumen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak