Gelombang Maut Ancam Pantai Selatan Yogyakarta! Nelayan Diimbau Tunda Melaut

Peringatan ini bukan tanpa alasan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini bahwa gelombang setinggi 2,5 hingga 4 meter.

Muhammad Ilham Baktora
Kamis, 07 Agustus 2025 | 23:50 WIB
Gelombang Maut Ancam Pantai Selatan Yogyakarta! Nelayan Diimbau Tunda Melaut
Ilustrasi Nelayan di Pantai Gunungkidul. (Pixabay)

SuaraJogja.id - Gelombang laut selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diperkirakan akan mengalami peningkatan tajam dalam beberapa hari ke depan.

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) DIY pun mengimbau nelayan untuk menunda aktivitas melaut guna menghindari risiko kecelakaan laut yang fatal.

Peringatan ini bukan tanpa alasan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini bahwa gelombang setinggi 2,5 hingga 4 meter berpotensi terjadi di sepanjang perairan selatan DIY, mencakup wilayah Kulon Progo, Bantul, hingga Gunungkidul, terhitung sejak 6 hingga 9 Agustus 2025.

Kepala DKP DIY, R. Hery Sulistio Hermawan menegaskan bahwa pihaknya tidak secara mutlak melarang nelayan untuk melaut, namun keselamatan harus menjadi prioritas utama.

Baca Juga:Bukan Bandar! Terungkap Siapa Pelapor Kasus Judi Online yang Geger di Bantul

"Kami tidak melarang, tapi selalu menyampaikan agar nelayan menunda melaut kalau memang risikonya besar," ujar Hery dikutip, Kamis (7/8/2025).

Nelayan Harus Adaptif terhadap Ancaman Iklim Ekstrem

Peningkatan gelombang ini dipicu oleh faktor atmosfer seperti bibit Siklon Tropis 90S dan sirkulasi siklonik yang terpantau aktif di sekitar wilayah Indonesia.

Situasi tersebut menandakan pentingnya literasi iklim di kalangan nelayan, terutama dalam memahami dan merespons informasi cuaca dari BMKG.

"Intinya kami selalu mengingatkan nelayan untuk menjadikan ramalan cuaca sebagai acuan sebelum melaut," kata Hery.

Baca Juga:Cuma Tangkap Pemain, Bandar Judol DIY Dipertanyakan? Ini Jawaban Tegas Polisi

Ia menambahkan, meski nelayan DIY selama ini cukup memahami karakter ganasnya laut selatan, fenomena cuaca ekstrem tetap bisa mengancam nyawa jika diabaikan.

Lebih lanjut, DKP DIY juga menekankan pentingnya standar keselamatan minimum, salah satunya adalah pemakaian jaket pelampung.

"Jangan sampai mereka melaut tanpa pelampung. Itu alat mitigasi risiko yang sangat vital," tegas Hery.

Langkah Kesiapsiagaan Terpadu di Pantai Selatan

Tidak hanya mengedepankan keselamatan nelayan, Pemerintah DIY juga mengambil langkah proaktif dalam mengantisipasi dampak gelombang tinggi terhadap aktivitas wisata pantai.

Plt Kepala Satpol PP DIY Noviar Rahmad mengatakan pihaknya telah menyiagakan personel Satlinmas Rescue Istimewa di sepanjang kawasan pesisir.

"Kami siagakan semua di sepanjang pantai selatan. Ini bukan hanya untuk wisatawan, tapi juga sebagai respon cepat jika ada situasi darurat yang menimpa nelayan atau warga setempat," ungkap Noviar.

Gelombang Tinggi, Peringatan Serius Bukan Sekadar Rutinitas

Peringatan gelombang tinggi yang dikeluarkan BMKG bukan hanya formalitas musiman.

Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Warjono, menjelaskan bahwa kondisi cuaca saat ini cukup dinamis dan berpotensi mengganggu keselamatan di laut.

"Faktor seperti bibit siklon tropis dan sirkulasi siklonik bisa menciptakan gelombang ekstrem yang berbahaya bagi aktivitas pelayaran maupun nelayan tradisional," ujarnya.

Keselamatan Nelayan adalah Tanggung Jawab Bersama

Dengan meningkatnya frekuensi peringatan dini akibat perubahan iklim global, para nelayan DIY diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan dan tidak memaksakan diri melaut dalam kondisi yang membahayakan.

Pemerintah dan masyarakat perlu bersinergi dalam mendorong budaya keselamatan di sektor perikanan.

Imbauan dari DKP DIY bukan sekadar peringatan biasa, tetapi sinyal nyata bahwa keselamatan nelayan yang merupakan ujung tombak ketahanan pangan laut harus menjadi prioritas utama dalam menghadapi ancaman cuaca ekstrem.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak